VIVAnews - Gunung Merapi yang hingga saat ini belum diketahui akan kembali normal tidak hanya membawa kepedihan bagi korban, namun membuat perekonomian, dari sektor perdagangan dan pariwisata, mengalami penurunan drastis.
Hal tersebut misalnya terjadi di di sentra kerajinan perak, Kota Gede, Yogyakarta. Akibat letusan Gunung Merapi sejak akhir Oktober, omset para pedagang turun hingga 80 persen.
"Pengunjung sangat sepi, biasanya pendapatan mencapai Rp1 juta perhari tapi sejak kejadian ini hanya Rp200 ribu," kata Asih, pemilik toko perak Mr Silver, di Jalan Kemasan, Kota Gede, Yogyakarta, Kamis 11 November 2010.
Hal senada diungkapkan perajin perak lainnya, Ifah. Menurutnya, jika kondisi Merapi terus memburuk, dikhawatirkan usahanya akan bangkrut. "Kalau terus-terusan seperti ini dan pemasukan hanya maksimal Rp200 ribu, lama-lama kami bisa bangkrut," kata Ifah, pemilik toko Alfih Silver.
Penurunan ini juga terjadi pada sektor pariwisata. Terutama di daerah wisata kawasan Gunung Kidul. "Wisatawan yang datang ke pantai di Gunung Kidul jumlahnya turun drastis," kata Kepala Bidang Pengembangan Produk Wisata Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Gunung Kidul, Birowo Adie.
Menurut dia, biasanya wisatawan yang berkunjung mencapai 2 ribu orang per hari. Namun kini paling banyak hanya 500 wisatawan saja.
Di sektor pertanian juga mengalami kerugian mencapai Rp232 miliar. Kerugian paling banyak dialami oleh petani salak pondoh yang biasanya bermukim di daerah Turi, Pakem, Cangkringan, dan Tempel. Kawasan Turi, Pakem, dan Cangkringan merupakan kawasan yang dinyatakan bahaya letusan Merapi.
Berdasarkan data Dinas Pertanian, petani salak pondoh mengalami kerugian mencapai Rp200 miliar. Petani tanaman hias mengalami kerugian hingga Rp1 miliar, serta untuk petani sayuran rugi hingga Rp30 miliar.
Pelacakan dan Riset data, Kliping, File dan e Book, Informasi Aktual, dan tema informasi lainnya...
Jumat, November 12, 2010
Merapi Krisis, Ekonomi Yogyakarta Anjlok
Merapi Krisis, Ekonomi Yogyakarta Anjlok
KAMIS, 11 NOVEMBER 2010, 10:28 WIB
Arry Anggadha, Sandy Adam Mahaputra
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar