Senin, November 15, 2010

Alasan Waralaba Lokal Hanya Jago Kandang

Alasan Waralaba Lokal Hanya Jago Kandang
“Sekarang ini baru Es Teller 77, kita harapkan ada strategi khusus lagi membantu mereka."
SENIN, 15 NOVEMBER 2010, 06:30 WIB
Hadi Suprapto

VIVAnews - Potensi waralaba nasional untuk menjadi merek global sangat besar. Sayangnya, perhatian pemerintah terhadap waralaba lokal yang siap go international masih sangat minim.

“Masih seperti anak tiri. Padahal potensi kita besar,” kata Ketua Bidang Perdagangan Luar Negeri HIPMI Harry Warganegara, Minggu 14 November 2010.

Harry mengatakan, waralaba nasional sebenarnya mulai bangkit sejak krisis 1998. Lima tahun setelah krisis, jumlah merek waralaba lokal melonjak dari hitungan jari menjadi tiga ratusanan merek.

Di sisi lain, waralaba asing mlempem sebab banyak pemegang hak waralaba (master franchise) lokal yang mundur setelah kesulitan membayar royalty fee. ”Gara-gara kurs waktu itu ketinggian banyak yang tidak sanggup bayarfee,” ujar Harry.

Akibatnya, waralaba asing yang sempat mendominasi pasar waralaba nasional kemudian digantikan oleh waralaba-waralaba lokal. “Ini termasuk sisi positifnya krisis, yakni membuka peluang bagi berkembangnya waralaba lokal,” ujar dia.

Secara fantastis, waralaba lokal melonjak mencapai seribuan merek. Sayangnya, meski banyak, waralaba-waralaba ini tumbuh bak jamur yang miskin pembinaan dan akses pendanaan. Akibatnya, rata-rata waralaba ini hanya jago kandang saja.

Itu sebabnya, HIPMI mengusulkan agar pemerintah memiliki strategi khusus meng-internasional-kan lebih banyak lagi waralaba-waralaba lokal. “Sekarang ini baru Es Teller 77, kita harapkan ada strategi khusus lagi untuk membantu mereka,” katanya.

Menurut Harry, pemerintah perlu membentuk unit khusus yang membantu usaha kecil dan menengah (UKM) atau waralaba yang potensial menjadi global brand. Harry memberi contoh, Singapura memiliki badan khusus yang bertugas membesarkan UKM dan waralaba yang berpotensi besar menjadi global brand.

“Singapura punya lembaga namanya SPRING yang tugasnya membuka akses pendanaan dan membantu memformat merek-merek lokal agar dikemas menjadi merek berkualitas internasional,” ujarnya.

Menurut Harry, HIPMI saat ini sedang mendorong sejumlah anggotanya untuk go internasional, seperti Kebab Turki Baba Rafi. ”Sekarang Kebab ini sudah masuk Malaysia, Singapura, dan Filipina. Kita siap bekerja sama dengan pemerintah untuk mendorong lebih banyak kandidat global brand lagi.”

• VIVAnews

Tidak ada komentar:

Posting Komentar