Minggu, Juni 26, 2011

Economy of the future to make the world unrecognizable

Economy of the future to make the world unrecognizable

08.06.2011

Economy of the future to make the world unrecognizable. 44568.jpegAustralian engineer and philosopher Dr. Moody presented his model of the development of the economy of the future. Moody believes that the economy of the future will not look like the economy of present times. According to the scientist, production and business will have to adapt to the growing shortage of natural resources on the planet. To put it in a nutshell, the world will have to learn to develop in a different way.

James Moody made a very interesting report during Vivid Creative Sydney forum. Moody acts as the executive director of Commonwealth Scientific and Industrial Research Organization. He is also the chief designer of FedSat Australian satellite system. He is a co-author of The Sixth Wave - a book on how to succeed in a resource-limited world. This man surely knows a lot about modern macroeconomic processes. Moreover, his knowledge is based on practical experience, not just a number of books.

According to Moody, the economic crisis of 2008 triggered the sixth Kondratiev wave. Such waves, named after Russian economist Nikolai Kondratiev, are sinusoidal-like cycles in the modern capitalist world economy. A Kondratiev wave, or K-wave, lasts from 40 to 60 years and comprise two phases. During the first phase, as Kondratiev calculated, the technological progress pushes the development of production, and creates the economic growth.


Unlike other models, the Marxist model, for example, Kondratiev's cycles do not depend on the social structure, the policies of ruling regimes and national peculiarities of states. The whole world needs to reach a certain point in its development, when technological achievements begin to show influence on the production process, commerce and economy. The first cycle, as Kondratiev believed, began in 1803 - the time, when those conditions were reached in the countries of Western Europe, America and in the European part of Russia.However, such transformations inevitably take the society towards changes. The ability of the society to change lags behind the requirements of the economy. The development thus enters another phase - a phase of decline. Crisis and depression make the world reform economic and other relations, which creates conditions for a new wave of technological progress and starts another stage of the economic growth.

The world has experienced six K-waves since that time. The fifth cycle, which ended by 2008 (it started in 1981) resulted in an especially fast development of electronics, robotic technologies, laser and telecommunication technologies. One may say that it was a cycle of information and communication technologies. The economic development of the world was based on the development of those technologies, whereas all other economic spheres were tuning up to them.

However, according to Moody, the cycle of information and communication technologies has ended. Now it is time for a new cycle to begin, and the goals of the new cycle will be absolutely different. The new priorities will include the creation of production to effectively consume energy and other resources. To describe the new cycle briefly, one may resort to an old motto of late-Soviet times: "Economy must be economical." Dr. Moody believes that mankind has already reached the point when the shortage of any resources, energy resources in the first place, is obvious.

James Moody believes that people need to learn how to use their own garbage. He referred to Storm Brewing, a Canadian company, which grows shiitake mushrooms on brewing wastes. The mushrooms turn the wastes into animal fodder.

In addition, Moody believes that the world economy under the conditions of limited resources will be oriented at selling services rather than products. There are companies in the world that have started practicing that already. In Britain, for instance, there is a company called Streetcar. This is not actually a company, but a community, which unites the people who do not need to own personal cars. The members of the community do not want to buy cars for themselves, because they do not need to use cars every day. They only pay for what they use. The company has it own car fleet, and members can find cars on thousands of streets in the UK whenever they need to use a car.

Dr. Moody also thinks that there will be no gigantic corporations in the new world. Millions of people work for those corporations, but the basic profit comes only to a small group of people. The companies of the future will be organized similarly to Streetcar or its Australian analogue - GoGet. In the product-selling world, customers buy, let's say, a washing machine and wants the machine to work as long as possible. Customers' wishes contradict to the interests of manufacturers, because if their washing machines last for many years, they will not be able to sell many of those machines. In the service-selling world, people do their laundry outside their homes. The seller will be interested in making long-lasting products because no one will be buying their services otherwise.

Moody also believes that in the sixth cycle companies will be coming to remote regions to purchase information, rather than raw materials and goods as it happens now. Today we have the following. An industrially developed country buys crude from a poorly developed state located somewhere far far away. In the future, a poorly developed state will purchase a technology from a post-industrial country. The technology will give the poor country an opportunity to exploit its resources effectively.

During the sixth cycle, there will be no local economic crises, which frequently occurred during the previous cycles. The new cycle will be balanced out, Moody said. A global crisis will most likely occur at the end of the crisis, but it will only mark the end of the sixth and the beginning of the seventh cycle.

Anton Yevseyev

Pravda.Ru

Read the original in Russian

http://english.pravda.ru/science/tech/08-06-2011/118149-economy-0/

Sabtu, Juni 25, 2011

RI Menuju Net Importir Minyak Terbesar

RI Menuju Net Importir Minyak Terbesar
Headline
inilah.com/Wirasatria
Oleh: Tio Sukanto
Ekonomi - Sabtu, 25 Juni 2011 | 15:53 WIB


INILAH.COM, Jakarta – Indonesia diperkirakan akan menjadi negara net importir minyak terbesar di Asia Tenggara dalam beberapa tahun mendatang.

Hal ini disampaikan pengamat perminyakan, Kurtubi menanggapi merosotnya produksi minyak Indonesia setiap tahunnya, saat berbincang dengan INILAH.COM, di Jakarta Sabtu (25/6). “Tahun 1999 Indonesia masih bisa produksi minyak 1,5 juta barel per hari (bph), tapi saat ini 970 ribu saja tidak bisa. Jadi, bukan tidak mungkin dalam beberapa tahun kedepan lagi Indonesia akan menjadi negara net importir minyak terbesar di Asia Tenggara,” tukas Kurtubi.

Menurunnya produksi minyak Indonesia bukan saja karena faktor cadangan minyak yang mulai menipis, akan tetapi minimnya ekplorasi lapangan-lapangan baru dan undang-undang migas yang menghambat iklim investasi. Selama kurun 12 tahun kenelakangan Indonesia saja hanya bisa menemukan satu sumur minyak baru yaitu Blok Cepu. Namun, begitu meski memiliki potensi minyak yang besar pemerintah sejauh ini belum bisa memaksimalkan potensi minyak tersebut. Akibatnya dari potensi minyak 20.000 bph saat ini hanya bisa berporduksi 160 bph. “906 ribu bph itu sangat kecil, gangguan teknis dan penurunan sumur secara alamiah itu biasa. Jadi ini bukan kali pertama produksi minyak kita menurun, tapi kegagalan ini sudah terjadi berulang-ulang dan setia saat,” kata dia.

Oleh sebab itu, dia menyarankan pemerintah semestinya membubarkan saja lembaga BP Migas. Sebab, lembaga tersebutlah yang membuat sistim perminyakan di Indonesia menjadi ribet. "Masak sebelum minyak keluar, investor harus sudah membayar pajak dulu. Mana ada investor yang mau begitu,” tegas dia.

Pencapaian produksi minyak Indonesia tahun 2000 hanya mencapai 1,272 juta bph, tahun 2001 menjadi 1,208 juta bph, dan tahun 2002 menjadi 1,117 juta bph, tahun 2003 menjadi 1,013 juta bph dan tahun 2004 tinggal menjadi 968,4 juta bph, 2011 produksi baru 906 ribu bph sedangkan target 970 bph. [cms]

http://ekonomi.inilah.com/read/detail/1640712/ri-menuju-net-importir-minyak-terbesar

Jumat, Juni 17, 2011

KPU Berdosa Hilangkan Dokumen Pemilu 2009

KPU Berdosa Hilangkan Dokumen Pemilu 2009

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rachmat Hidayat

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sejak tanggal 27 April Tahun 2005 melalui Peraturan Kepala Arsip Nasional Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2005 tentang pedoman pendataan, penataan, dan pengelolaan dokumen arsip pemilu, seharusnya segala peraturan terkait tata cara penghapusan logistik pemilu yang dibuat oleh KPU tunduk pada ketentuan ini. Dalam Peraturan Kepala ANRI tersebut jelas disebutkan bahwa berita acara dan sertifikasi hasil pemilu baik dari tingkat KPPS, PPS, PPK dan KPU adalah dokumen pemilu yang bersifat permanen.

Dokumen arsip kepemiluan tersebut tidak dapat dimusnahkan, malah sebaliknya demi kepentingan nasional sebagai bahan pertanggungjawaban nasional harus dilakukan penyerahan kepada ANRI.

"Sekali lagi, dosa sejarah KPU kian menjadi ketika KPU menerbitkan Peraturan KPU No. 75 Tahun 2009 Tentang Tata Cara Penghapusan Perlengkapan, Pemungutan dan Penghitungan Suara Serta Dukungan Perlengkapan Lainnya Sebagai Barang Milik Negara Di Komisi Pemilihan Umum, Komisi Pemilihan Umum Provinsi, Komisi Pemilihan Umum Kabupaten/Kota, dan Panitia Pemilihan Luar Negeri Dalam Pemilihan Umum yang tidak mengindahkan ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam UU Nomor 43 tahun 2009 Tentang Kearsipan," ujar anggota Panja Mafia Pemilu, Arif Wibowo, Jumat (17/6/2011).

Hal ini menyebabkan arsip kepemiluan hilang/tidak utuh lagi sebagai dokumen arsip negara yang wajib dilindungi berdasarkan undang-undang.

Seluruh barang dan perlengkapan penyelenggaraan pemilu selain dikategorikan sebagai barang milik negara, khusus terkait arsip kepemiluan juga dikategorikan sebagai arsip milik negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 UU 43 Tahun 2009 Tentang Kearsipan yang menyatakan bahwa Arsip yang tercipta dari kegiatan lembaga negara dan kegiatan yang menggunakan sumber dana Negara dinyatakan sebagai arsip milik negara.

"Dengan demikian, dalam rangka kepentingan generasi yang akan datang serta untuk menjamin ketersediaan arsip yang autentik dan terpercaya demi menjamin pelindungan kepentingan negara dan hak-hak keperdataan rakyat, segala bentuk pengadaan, pengelolaan, pemeliharaan, penyimpanan dan pemusnahannya tunduk pada seluruh ketentuan peraturan yang yang ada," ujarnya.

"Baik ketentuan tentang perbendaharaan negara (UU No. 1 Tahun 2004), pengelolaan barang milik negara (Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 2006) serta ketentuan terkait kearsipan (UU No. 7 Tahun 1971 jo UU No. 43 Tahun 2009 tentang Kearsipan)," katanya lagi.

20 komentar

  • Zakaria T
    Zakaria T 9 jam yang lalu Laporkan Penyalahgunaan
    partai pemenang pemilu 2004-2009, sdh PASTI merencanakan bagaimana bisa menang lagi untuk 2009-2014, jadi tidak usa heran kalau berusaha dengan berbagai cara.

    Jadi LAHIRNYA,..... peraturan KPU No. 75 Tahun 2009 Tentang Tata Cara Penghapusan Perlengkapan, Pemungutan dan Penghitungan Suara Serta Dukungan Perlengkapan Lainnya Sebagai Barang Milik Negara Di Komisi Pemilihan Umum, Komisi Pemilihan Umum Provinsi, Komisi Pemilihan Umum Kabupaten/Kota, dan Panitia Pemilihan Luar Negeri Dalam Pemilihan Umum yang tidak mengindahkan ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam UU Nomor 43 tahun 2009 Tentang Kearsipan, patut diduga sebagai bagian usaha memenangkan pemilu 2009-2014, kalau berbuat curang, memalsukan surat suara dikemudian hari tidak bisa dibuktikan.

    Jadi kalau peraturan KPU No. 75 Tahun 2009 bertentangan dengan UU HARUS SEGERA dicabut, dibatalkan dan Pejabat KPU harus bertanggung jawab penuh atas peraturan yang dikeluarkan,
    Bukan KPU saja yang harus bertanggung jawab, tapi juga PENGAWAS PEMILU juga harus bertanggung jawab kenapa aturan KPU No. 75 Tahun 2009, bisa dibiarkan berlaku.Kepala Arsip Nasional Republik Indonesia, juga HARUS BERTANGGUNG JAWAB kenapa membiarkan orang melakukan tindak pidana dengan melanggar, tidak patut UU No. 7 Tahun 1971 jo UU No. 43 Tahun 2009 tentang Kearsipan

    http://id.berita.yahoo.com/kpu-berdosa-hilangkan-dokumen-pemilu-2009-010624616.html

Sabtu, Juni 04, 2011

Meski Harga Tinggi, Emas Masih Tetap Diburu

Sabtu, 04/06/2011 17:18 WIB
Meski Harga Tinggi, Emas Masih Tetap Diburu
Ade Irawan - detikFinance

Foto: Reuters
Jakarta - Harga emas yang semakin melambung tidak menyurutkan hasrat orang-orang untuk terus memburunya sebagai tempat investasi. Padahal harga emas 24 karat sekarang sudah mencapai sekitar Rp 420 ribu per gram.

Salah satu pedagang emas di pasar Pondok Labu, Doddy Setiawan mengaku, harga emas sekarang sedang naik-turun, tetapi dia memperkirakan harga tersebut akan semakin melonjak.

"Ke depannya akan naik terus, tergantung ekonomilah," katanya kepada detikfinance saat ditemui di tokonya, Jakarta, Sabtu (4/6/2011).

Harga emas pun, kata Doddy, dapat berubah seiring berjalannya waktu, tidak hanya harian, bahkan naik turunnya harga emas dapat terjadi dalam hitungan jam.

"Pasaran per jam, sekarang beda entar sore beda," ujarnya.

Doddy mengungkapkan, harga emas saat ini memang terjadi penurunan, tapi penurunan yang terjadi tidak terlalu besar, hanya sekitar Rp 10.000 per gram untuk masing-masing jenis dan kadar emas.

"Bulan kemarin bedanya cuma kisaran Rp 10 ribu saja lebih mahal," tuturnya.

Dari pengamatan detikFinance, ada 3 orang pembeli yang membeli emas di toko Doddy. Selain itu, sekitar 4 orang datang ke toko Doddy hanya sekadar melihat dan bertanya harga. Di toko emas lain di Pasar Pondok Labu juga banyak orang yang sedang membeli emas.

Tingginya harga emas diyakini Doddy juga mendorong orang-orang untuk menjual emas dan meraup keuntungan investasinya. Dari pengakuan Doddy, banyal orang yang menjual emasnya untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Ada juga yang menjual emas untuk melanjutkan pendidikan anaknya mengingat sebentar lagi akan memasuki tahun ajaran baru.

"Pasti ada yang jual emas dalam sehari, ya biasanya ada seorang. Jual emas sampai ada yang Rp 5 juta juga ada. Waktu itu pernah sampai ada 5 surat. Mau duit buat bikin rumah, sama mau kuliah katanya," papar Doddy.

Seperti diketahui, emas perhiasan menjadi juara inflasi di Mei 2011. Kenaikan harga emas dunia terus memicu kenaikan harga emas perhiasan dan ini memicu laju inflasi meskipun bobotnya kecil dibandingkan dengan bahan makanan pokok.

(ade/dnl)

Menkominfo Resmikan ICT Center Terbesar di Indonesia

Selasa, 31/05/2011 12:18 WIB
Menkominfo Resmikan ICT Center Terbesar di Indonesia
Ardhi Suryadhi - detikinet

Ilustrasi (Ist.)

Jakarta - Menkominfo Tifatul Sembiring meresmikan Balai Pelatihan dan Pengembangan TIK yang berlokasi di Kawasan Industri Jababeka Bekasi. ICT Center ini diklaim sebagai yang terbesar di Indonesia.

Balai ini memiliki luas 2,5 hektar dan dibangun atas bantuan hibah pemerintah Korea Selatan melalui Korea International Cooperation Agency senilai USD 8,9 juta (Rp 75,6 miliar). Sementara lahan tanah didapatkan dari Pemda Bekasi.

Menkominfo mengatakan, searah dengan loncatan peningkatan peringatan Indonesia dari posisi 67 ke 53 dalam Global IT Report tahun 2011, maka pemerintahconcern terhadap pembangunan infrastruktur dan SDM TIK.

"Mengingat ICT Center ini sangat penting, maka diharapkan balai ini dapat dimanfaatkan semua pihak, bukan oleh Kominfo saja untuk meningkatkan kemampuan SDM TIK," ujar menteri dalam keterangannya, Selasa (31/5/2011).

Turut hadir dalam acara peresmian ini adalah Dubes Korea Selatan untuk Indonesia, Bupati Bekasi dan sejumlah kalangan usaha Jababeka. Peletakan batu pertama pembangunan ICT Center ini sebelumnya dilakukan oleh Mohammad Nuh pada 7 Mei 2007, selaku Menkominfo kala itu.

Pihak Kominfo berharap ICT Centre ini dapat mengembangkan kapasitas SDM dalam bidang TIK, mengatasi kesenjangan digital melalui alih TIK melalui pengembangan SDM, dan memperkuat hubungan kedua negara dalam bidang TIK.

Di area balai ini terdapat gedung utama, welfare building, dan asrama untuk 300 orang peserta pelatihan per hari. Adapun jenis pelatihan mulai dari object programming, information security, computer network, animasi, web programming, IT management, opeation system, dan lainnya.

Bantuan serupa juga diberikan oleh Korea Selatan untuk pembangunan ICT Centre di Ciputat dekat Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Bedanya, jika yang di Ciputat, lebih untuk kalangan kampus. Sedangkan di Jababeka untuk industri dan umum.

( ash / fyk )

Kamis, Juni 02, 2011

Impor RI di April Cetak Rekor Tertinggi Sepanjang Sejarah

Rabu, 01/06/2011 12:31 WIB
Impor RI di April Cetak Rekor Tertinggi Sepanjang Sejarah
Ramdhania El Hida - detikFinance

Foto: dok.detikFinance
Jakarta - Tiap bulan nilai impor Indonesia terus mengalami peningkatan. Di April 2011, nilai impor Indonesia mencapai US$ 14,89 miliar atau mencetak rekor impor tertinggi sepanjang sejarah.

Demikain disampaikan oleh Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS), Djamal saat konferensi pers di kantor BPS, Jalan Dr. Sutomo, Jakarta, Rabu (1/6/2011).

"Nilai impor di April naik 32,54% dibandingkan April 2010 yang senilai US$ 11,24 miliar. Nilai tersebut merupakan yang tertinggi sepanjang ada data BPS," ujarnya.

Djamal mengatakan, impor migas April, tercatat naik 2,8% dibanding Maret 2011 yaitu US$ 3,89 miliar. Sedangkan impor non migas senilai US$ 11 miliar atau turun 5,25% dibandingkan Maret 2011.

Total impor Januari-April 2011 yaitu US$ 53,69 miliar atau naik 30,32% pada periode yang sama tahun lalu. Total impor non migas yaitu US$ 41,4 miliar.

Impor terbesar adalah mesin dan peralatan mekanik senilai US$ 7,19 miliar kemudian mesin dan peralatan listrik senilai US$ 5,55 miliar.

Djamal menyatakan negara pengimpor terbesar masih dipegang oleh China dengan nilai impor US$ 7,47 miliar dan pangsa pasar sebesar 18,03%. Kemudian disusul Jepang senilai US$ 5,75 miliar atau 13,89%, serta Thailand sebesar US$ 3,49 miliar atau sebesar 8,43%.

"Thailand sudah sejak bulan lalu menggeser Singapura sebagai negara pengimpor. Kita biasanya mengimpor beras, gula, buah-buahan, mobil build up dari Thailand," jelasnya.

Sementara komposisi barang impor, lanjut Djamal, masih didominasi bahan baku sebesar 74,86%. Kemudian disusul barang modal sebesar 17,16%, dan barang konsumsi sebesar 7,98%.

"Ada perubahan, bahan baku dan konsumsi mengalami kenaikan dibanding tahun lalu, tahun lalu bahan baku 72,57%, barang konsumsi 7,46%. Tapi barang modal turun dari 19,97% pada tahun lalu," ujarnya.

Untuk ekspor, lanjutnya, pada April 2011 mengalami kenaikan 37,28% mencapai US$ 16,52 miliar, dibanding ekspor April 2010. Dan bila dibandingkan dari Maret 2011, untuk migas naik 0,96% dan non migas turun 2,82%.

"Ekspor ini ranking dua selama ini, hanya kalah dengan Desember 2010 yang besarnya US$ 16,83 miliar. Untuk empat bulan, Januari sampai April, ekspor kita mencapai US$ 61,91 miliar. Naik 30,14% year on year," ujarnya.

Selama Januari-April 2011, ekspor non migas mencapai US$ 50,03 miliar dengan sumbangan terbesar dari bahan bakar mineral US$ 7,4 miliar, serta lemak dan minyak nabati US$ 5,66 miliar.

"Pangsa ekspor ke Jepang US$ 5,83 miliar, AS US$ 5,24 miliar, dan China US$ 5,20 miliar. Tiga ini pangsanya 32,15%. Sisanya ke negara-negara lain. Ekspor non migas ke ASEAN US$ 11,12 miliar dan Uni Eropa US$ 6,66 miliar. Ekspor non migas terbesar ke China US$ 1,5 miliar untuk April 2011," paparnya.

Dengan demikian, Djamal menyebutkan tetap terjadi surplus US$ 1,63 miliar pada bulan April ini sehingga total surplus sepanjang 2011 sebesar US$ 8,22 miliar. Namun, tren surplus tersebut kian menurun dari bulan ke bulan.

"Tapi surplus makin berkurang, Maret masih US$ 1,8 miliar. Tren surplusnya turun," jelasnya.

Djamal menyebutkan defisit perdagangan negara terbesar masih terhadap China yaitu sebesar US$ 602,8 juta, Thailand US$ 553,1 juta, Australia US$ 166,3 juta. Yang terbaru, lanjut Djamal, defisit terjadi dengan Korea Selatan sebesar US$ 13,4 juta.

"Korea Selatan biasanya surplus tapi April ini defisit, walaupun secara total masih positif," pungkasnya.

(nia/dnl)

Bursa Asia Rontok Ikuti Wall Street

Kamis, 02/06/2011 14:40 WIB
Bursa Asia Rontok Ikuti Wall Street
Nurul Qomariyah - detikFinance


Foto: Reuters

Tokyo - Bursa-bursa Asia Pasifik bergerak melemah, mengikuti kejatuhan di bursa Wall Street akibat data ekonomi negatif. Investor beramai-ramai keluar untuk sementara dan menghindari aset-aset yang berisiko.

Pada perdagangan Kamis (2/6/2011), bursa Tokyo ditutup merosot 164,04 poin (1,69%) ke level 9.555,04. Bursa Seoul merosot 1,27% (27,14 poin) ke level 2.114,20 dan Sydney merosot 106,9 (2,27%) ke level 4.600,4. Hingga sesi siang, bursa Hong Kong juga merosot 1,50% dan Shanghai merosot 1,86%.

Pelemahan bursa-bursa Asia Pasifik ini terjadi setelah bursa Wall Street tadi malam merosot, merespons data negatif seputar pasar tenaga kerja. Menurut ADP, pekerja sektor swasta AS bertambah 38.000 pada Mei, atau terendah sejak September 2010 atau lebih rendah dari ekspektasi. Sementara Institute for Supply Management juga melaporkan data yang melemah sehingga menekan lagi dolar AS.

"Data ekonomi AS tidak baik, China sepertinya masih pada jalan kenaikan suku bunga pada Juni, Moody's memangkas peringkat Yunani dan politik di Jepang sedang mengalami kehancuran. Jadi kita memiliki faktor jual yang melapisi hari ini," ujar Norihiro Fujito, analis senior Mitsubishi UFJ Morgan Stanley Securities seperti dikutip dari AFP.

Di Bursa Australia, dana sebesar Aus$ 30 miliar atau sekitar US$ 32 miliar keluar dari pasar sehingga menyebabkan penurunan indeks saham yang cukup tajam.

"Setelah aksi jual besar di pasar AS karena data manufaktur yang buruk dan laporan tenaga kerja sektor swasta, pasar lokal sepertinya dalam tekanan jual yang besar," ujar Ben Potter, analis dari IG Markets.

Seperti diketahui, bursa Wall Street tadi malam turun cukup tajam. Pada perdagangan Rabu (2/5/2011), indeks Dow Jones industrial average ditutup merosot 279,42 poin (2,22%) ke level 12.290,37. Indeks Standard & Poor's 500 juga melemah 30,66 poin (2,28%) ke level 1.314,54 dan Nasdaq melemah 66,11 poin (2,33%) ke level 2.769,19.

(qom/qom)

Alasan Google Tak Mematikan Google TV

Alasan Google Tak Mematikan Google TV
Teknik pemasaran yang sama bisa diterapkan seperti saat Google mempopulerkan Android.
SABTU, 28 MEI 2011, 01:59 WIB
Bayu Galih

VIVAnews - Google TV selama ini dianggap sebagai produk yang gagal. Penonton terkesan cuek, stasiun televisi pun seakan tidak mempedulikannya. Perusahaan pembuat gadget pun tidak tertarik untuk ikut memasarkannya.

Tapi, Google TV tetap belum mati. Sama halnya seperti produk Google lain, misalnya sistem operasi Android, butuh bertahun-tahun untuk menentukan keberhasilan atau kegagalannya.

Ruang tinggal digital memang sepertinya masih jauh dari kenyataan. Apple pun gagal saat berusaha mewujudkannya. Tapi, Google memiliki dana besar untuk tetap mewujudkan ini, sehingga bisa memiliki pasar iklan digital di televisi.

Kabar baik bagi Google, teknik pemasaran yang sama bisa diterapkan seperti saat Google mempopulerkan Android, yakni menjadikan Google TV sebagai sistem operasi untuk miliaran perangkat TV digital. Mungkin, itu memang satu-satunya cara mempopulerkan Google TV.

Intinya adalah, setiap televisi, pemutar cakram, kotak pemutar film streaming, dan router internet membutuhkan sistem operasi. Baik itu menggunakan Linux, atau memilih satu di antara Microsoft atau Google TV. Anda tentu tidak bisa memiliki komputer tanpa sistem operasi.

Jadi, jika Google bisa menggandeng perusahaan elektronik besar seperti Sony dan Logitech, atau mungkin Toshiba, Samsung, LG, Vizio, Google memiliki banyak kesempatan.

Namun, salah satu tantangan untuk Google TV adalah lebih membutuhkan perangkat keras yang lebih mahal dibanding satu televisi. Ini menyebabkan Google akan menjadikan Android sebagai basis software-nya.

Masalah lain, konsumen mungkin agak sedikit enggan menggunakan televisi berbasis internet. Tapi, tampaknya ini ditepis dengan keberhasilan Netflix yang menguasai pasar film berbasis streaming.

Tentu akan menjadi pertimbangan Google agar menciptakan Google TV yang lebih baik dan murah. (CNN/art)

• VIVAnews