Minggu, Desember 04, 2011

10 Bank Paling Rajin Kasih Kredit

Sabtu, 03/12/2011 15:16 WIB
10 Bank Paling Rajin Kasih Kredit  
Wahyu Daniel - detikFinance 

Jakarta - Total kredit yang dikucurkan perbankan di Indonesia sampai September 2011 mencapai Rp 1.739,27 triliun. Dari jumlah tersebut sebanyak Rp 1.312,981 (63,15%) dikuasai 10 bank. Bank apa saja?
Dari data Bank Indonesia (BI) yang dikutip detikFinance, Sabtu (3/12/2011) bank nomor satu terajin memberikan kredit adalah PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) dengan total kredit Rp 276,299 triliun atau 13,2% dari total kredit perbankan Indonesia.

Berikut daftar 10 bank yang paling rajin mengucurkan kredit:

  1. PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) Rp 276,299 triliun (13,29% dari total kredit nasional)
  2. PT Bank Mandiri Tbk Rp 257,77 triliun (12,4% dari total kredit nasional)
  3. PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Rp 175,571 triliun (8,44% dari total kredit nasional)
  4. PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) Rp 154,674 triliun (7,44% dari total kredit nasional)
  5. PT Bank CIMB Niaga Tbk Rp 118,684 triliun (5,71% dari total kredit nasional)
  6. PT Bank Danamon Indonesia Tbk Rp 85,643 triliun (4,12% dari total kredit nasional)
  7. PT Pan Indonesia Bank Tbk (Bank Panin) Rp 64,724 triliun (3,11% dari total kredit nasional)
  8. PT Bank Permata Tbk Rp 62,942 triliun (3,03% dari total kredit nasional)
  9. PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) Rp 59,295 triliun (2,85% dari total kredit nasional)
  10. PT Bank Internasional Indonesia Tbk (BII) Rp 57,378 triliun (2,76% dari total kredit nasional)
Sepanjang Januari-September 2011 bank-bank umum di Indonesia meraup laba bersih Rp 56,74 triliun. Laba tersebut naik 31% dibandingkan periode yang sama di 2010 Rp 43,36 triliun.

Kenaikan laba perbankan ini ditopang oleh kenaikan pendapatan operasional selama Januari-September 2011 yang sebesar Rp 287,634 triliun, naik dari periode yang sama tahun lalu Rp 258,489 triliun.

Pendapatan non operasional perbankan pada periode Januari-September 2011 juga naik menjadi Rp 104,49 triliun, dari periode yang sama tahun lalu Rp 87,09 triliun.

Jumlah kredit perbankan Indonesia pada periode tersebut mencapai Rp 2.079,61 triliun, naik dibandingkan periode yang sama di 2010 yang nilainya Rp 1.659,145 triliun.

Jumlah kredit di September 2011 didominasi oleh kredit rupiah senilai Rp 1.739,27 triliun, kemudian kredit valas Rp 339,98 triliun.

Total aset perbankan di Indonesia hingga September 2011 mencapai Rp 3.371,453 triliun, naik dari posisi September 2010 yang sebesar Rp 2.758,06 triliun.

(dnl/dnl)


http://finance.detik.com/read/2011/12/03/151600/1781827/5/10-bank-paling-rajin-kasih-kredit?f990101mainnews



Konsumen Akui Ketersediaan Lapangan Kerja Kian Terbatas

Minggu, 04/12/2011 12:40 WIB
Konsumen Akui Ketersediaan Lapangan Kerja Kian Terbatas  
Whery Enggo Prayogi - detikFinance 

Foto: dok detikFinance
Jakarta - Konsumen mengaku kondisi ekonomi tidak menunjukkan perbaikan. Menatap ekonomi enam bulan mendatang, tidak banyak proyek pemerintah yang berjalan sehingga membatasi ketersediaan lapangan kerja.
Hasil survei Bank Indonesia (BI) periode November 2011 menunjukkan, Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) turun menjadi 124,2 dari periode Oktober 125,7. Indeks ekspektasi penghasilan enam bulan mendatang juga turun 2,9 poin menjadi 139. Hal ini terjadi seiring perkiraan turunnya omset usaha di semester mendatang.

Indeks ekspektasi ketersediaan lapangan kerja juga turun menjadi 106,6 poin, sedangkan indeks ekspektasi kegiatan usaha 126,9 turun 0,2 poin dari bulan Oktober lalu.

"Responden mengungkapkan bahwa kondisi ekonomi tidak kunjung membaik, diikuti dengan berkurangnya proyek atau kegiatan pemerintah pada awal tahun, merupakan beberapa faktor yang membatasi ketersediaan lapangan kerja pada enam bulan mendatang," tulis BI dalam survei Konsumen periode November 2011.

Responden yang pesimis tersebut adalah mereka dengan latar belakang pendidikan sarjana, dengan kelompok usia 20-40 tahun. 10 kota dari 18 kota yang disurvei menggambarkan optimisme yang menurun. IEK terbesar ada di Banjarmasin 18,6 poin, dan Padang 15,2 poin. 

Sementara, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) di November turun 1,9 poin menjadi 114,3 akibat berkurangnya pembelian barang-barang tahun lama, dan besaran penghasilan yang diterima oleh responden.

Khusus pada ekspektasi penghasilan enam bulan mendatang, juga ikut menekan keyakinan konsumen atas kondisi ekonomi di November lalu.

Indeks Kondisi Ekonomi (IKE) turun 2,3 poin menjadi 104,4. Ini disebabkan oleh melemahnya kenaikan penghasilan yang diikuti dengan penurunan pembelian barang-barang tahan lama, dengan kelompok responden berpengeluaran Rp 3-5 juta.

(wep/wep) 


http://finance.detik.com/read/2011/12/04/124016/1782078/4/konsumen-akui-ketersediaan-lapangan-kerja-kian-terbatas?f9911013

Ingin Kebal Krisis, RI Harus Bangun Infrastruktur

Kamis, 24/11/2011 17:20 WIB
Ingin Kebal Krisis, RI Harus Bangun Infrastruktur  
Herdaru Purnomo - detikFinance 

Jakarta - Standard Chartered Bank memproyesikan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan melambat di tahun 2012. Jika pertumbuhan ekonomi Indonesia di 2011 diasumsikan bakal 6,5%, maka pada 2012 pertumbuhan ekonomi akan melambat di 6,0%.
Demikian diungkapkan oleh Managing Director dan Senior Economist Standard Chartered Bank Fauzi Ichsan dalam paparan outlook ekonomi Indonesia di Hotel Mandarin, Jakarta, Kamis (24/11/2011).

"Pertumbuhan ekonomi RI akan melambat di 2012. Hal ini sebagai dampak dari perlambatan ekonomi dunia," kata Fauzi.

Ia menjelaskan, dengan melambatnya ekonomi dunia menyebabkan penetrasi ekspor Indonesia akan melambat. Sehingga, sambung Fauzi, pendorong ekonomi Indonesia yakni konsumsi dan investasi saja.

"Bukan dari ekspor namun lebih kepada konsumsi dan investasi," tuturnya.

Selain itu Fauzi memaparkan jika Indonesia ingin pertumbuhan ekonominya meningkat pesat bahkan mencapai 8%, cara satu-satunya adalah mengembangkan pertumbuhan infrastruktur.

Pada bagian lain Fauzi mengatakan Indonesia akan diuntungkan oleh besarnya arus aliran modal masuk di 2012. Hal ini dikarenakan Indonesia akan masuk pada level investment grade pada tahun depan.

"Sehingga banyak yang akan berinvestasi di Indonesia, ini peluang Indonesia untuk menggerakkan modal ke arah infrastruktur," jelas Fauzi.

Berikut prediksi Standard Chartered Bank soal Outlook Ekonomi RI di 2012 :

  • Pertumbuhan Ekonomi: 6%
  • Inflasi: 5%
  • Nilai tukar rupiah: Rp 8.400/US$
  • BI Rate: 6%

(dru/dnl) 


http://finance.detik.com/read/2011/11/24/172057/1775030/4/ingin-kebal-krisis-ri-harus-bangun-infrastruktur

Indonesia Tak Bisa Lari dari Dampak Krisis Eropa

Senin, 28/11/2011 15:30 WIB
Indonesia Tak Bisa Lari dari Dampak Krisis Eropa  
Nurul Qomariyah - detikFinance 

Ilustrasi (dok detikcom)
Singapura - Negara-negara Asia yang sangat bergantung pada ekspor akan terkena dampak serius dari krisis Eropa. Namun negara-negara yang lebih mengandalkan konsumsi domestik seperti Indonesia pun tak bisa luput dari dampak krisis Eropa.
Dampak krisis Eropa membuat Morgan Stanley memangkas pertumbuhan ekonomi kawasan Asia pada tahun 2012. Meningkatnya risiko krisis utang membuat Morgan Stanley memperkirakan pertumbuhan ekonomi Asia pada tahun 2012 hanya sebesar 6,9%. 

Angka proyeksi tersebut lebih rendah dari sebelumnya yang sebesar 7,3%. Ini adalah kedua kalinya dalam 3 bulan Morgan Stanley memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Asia.

"Sejak kami menurunkan proyeksi pertumbuhan regional pada Agustus 2011, kami secara konstan telah khawatir tentang meningkatnya risiko pelemahan pada pertumbuhan," demikian pernyataan dari Morgan Stanley seperti dikutip dari AFP, Senin (28/11/2011).

"Sebagai tambahan pada bukti-bukti lanjutan melemahnya permintaan domestik, lingkungan eksternal di Eropa, membuat kami lebih khawatir tentang proyeksi pertumbuhan kawasan," imbuh Morgan Stanley.

Dalam laporannya, Morgan Stanley menyawakan pemerintahan di Asia diperkirakan memulai kebijakan fiskal yang ditergetkan dan melonggarkan biaya pinjaman untuk mendorong pertumbuhan domestik. Morgan Stanley memperkirakan adanya pemangkasan suku bunga secara terbatas di India, Indonesia, Korea Selatan, Malaysia, dan Thailand pada tahun 2012.

Untuk negara-negara yang sangat tergantung pada perdagangan eksternal seperti Hong Kong, Korea Selatan, Malaysia, Singapura, Taiwan, dan Thailand lebih terekspos dari dampak pelemahan situasi global.

Bahkan untuk negara-negara dengan pasar domestik yang lebih besar seperti China, India, Indonesia juga tidak dapat luput dari risiko pelemahan eksternal ini.

Morgan Stanley memperkirakan pertumbuhan ekonomi China mencapai 8,4% dibandingkan proyeksi sebelumnya 8,7%. India diprediksi tumbuh 6,9% dari proyeksi semula 7,4% dan Indonesia tumbuh 5,6% dibandingkan proyeksi sebelumnya 5,8%.

Dikatakan, dengan resesi yang melanda Eropa dan AS yang berjuang dengan pertumbuhan ekonomi, risiko-risiko pada proyeksi pertumbuhan ekonoi Asia masih condong pada pelemahan. Krisis di Eropa pun hingga hari ini belum menunjukkan tanda-tanda selesai, bahkan diprediksi akan menyebar ke Italia.
(qom/dnl) 


http://finance.detik.com/read/2011/11/28/153041/1777342/4/indonesia-tak-bisa-lari-dari-dampak-krisis-eropa

SBY: Krisis Eropa Menyeramkan

Jumat, 02/12/2011 13:10 WIB
SBY: Krisis Eropa Menyeramkan  
Rachmadin Ismail - detikFinance 

Foto: Setpres
Jakarta - Dampak dari krisis finansial yang melanda kawasan Eropa, bisa lebih menyeramkan dibanding krisis yang menghantam ekonomi AS pada tiga tahun silam. Sebelum memasuki tahun anggaran 2012, Presiden SBY menargetkan jajarannya bisa merumuskan langkah antisipasi yang mujarab dan komprehensif.

"Barangkali minggu depan ada policy respons dan action apa yang harus kita lakukan. Jangan sampai gelombang tsunami menyerang ekonomi kita. Ini adalah early warning, kita harus lakukan segala sesuatunya dengan benar," kata Presiden SBY.

Hal ini sampaikannya dalam pembukaan sidang kabinet paripurna, Jumat (2/12/2011). Sidang yang juga dihadiri Wapres Boediono, Kepala UKP4 Kuntoro Mangkusubroto dan Ketua Wantimpres Emil Salim ini berlangsung di Kantor Presiden, Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta.

Krisis di Eropa merupakan salah satu topik yang didiskusikan Presiden SBY dengan Presiden Jerman, Christian Wulff kemarin. Presiden Wulff menyampaikan dampak dari krisis yang bermula di Yunani kemudian Italia dan Spanyol itu mulai menerpa Jerman dan Perancis yang kapasitas ekonominya jauh lebih kuat.

"Perkembangan situasi ekonomi yang terjadi di Uni Eropa terutama Euro Zone, memang menyeramkan. Kalau dulu epicentrumnya di AS, one single country, sekarang terjadi di suatu kawasan yang penting," ujar SBY.

Karena krisis melanda kawasan yang merupakan pemain penting ekonomi dunia, cepat atau lambat baik langsung maupun tidak, dampaknya akan dirasakan Indonesia. Sudah seharusnya semua pihak bergerak cepat mewaspadai dan bekerjasama memperkecil dampak buruk yang bisa terjadi seperti yang dilaksanakan ketika mengantisipasi krisis finansial AS pada 2008.

"Isu ekonomi meski makin kompleks, kita tangani dengan tepat dan berpedoman pada pertumbuhan dan penciptaan lapangan kerja. Kita punya MP3EI, mari jalankan benar dan konkret, bila ada kemacetan mari langsung diatasi. Di samping disiplin fiskal ada banyak yang bisa kita lakukan," papar SBY.

(mad/dnl) 


http://finance.detik.com/read/2011/12/02/131047/1781069/4/sby-krisis-eropa-menyeramkan?f990101mainnews