Komputasi Awan Siap 'Banjiri' Pasar Indonesia
Achmad Rouzni Noor II - detikinet
ilustrasi (inet)
Jakarta - Ibaratnya awan, penggunaan cloud computing di Indonesia mungkin masih terlihat tenang. Namun tunggu saja, 'komputasi awan' bisa seketika menurunkan hujan lebat dan membanjiri pasar.
"Untuk Indonesia nilai pasar dari komputasi awan memang masih kecil. Namun, tahun depan diprediksi mencapai Rp 2,1 triliun dengan sumbangan SaaS sebesar 40%. Telkom sendiri menguasai pasar sekitar 70%," ungkap Direktur Wholesales and Enterprise Telkom, Arief Yahya di Jakarta, Senin (18/10/2010).
SaaS merupakan satu dari tiga jenis layanan cloud computing yang tersedia, yakni Software as a Service (SaaS), Platform as a Service (PaaS) dan Infrastructure as a Service (IaaS).
Sementara dari sifat jangkauan layanan, terbagi menjadi Public Cloud, Private Cloud dan Hybrid Cloud. Konsep komputasi awan menjanjikan belanja modal untuk Teknologi Informasi (TI) diubah menjadi biaya operasional sehingga terjadi efisiensi.
Lembaga riset Gartner memperkirakan dalam waktu dua tahun mendatang 80% dari perusahaan kelas kakap dunia akan menggunakan cloud computing untuk meningkatkan daya saingnya.
Di tahun 2010 ini diperkirakan, nilai bisnis dari pemanfaatan teknologi internet untuk menyediakan sumber komputing itu secara global mencapai US$ 80 miliar dengan tingkat pertumbuhannya setiap tahun sebesar 25% dalam jangka waktu lima tahun mendatang.
Menurut Arief, potensi pasar yang besar untuk ditawarkan solusi komputasi awan adalah pemerintah karena berperan sebagai lokomotif di industri.
"Pemerintah secara regulasi membuka peluang bagi pelaku usaha, misalnya dengan adanya National Single Windows (NSW) yang membuat semua pelaku usaha berlomba mendukung program itu," ujarnya.
"Belum lagi secara belanja TI pemerintah daerah dan pusat itu lumayan besar, khususnya untuk pendidikan dan kesehatan. Di pendidikan saja ada alokasi dana Rp 200 triliun di mana 20% di antaranya untuk belanja TI," jelas Arief lebih lanjut.
Berdasarkan catatan, sektor pemerintah rata-rata mengambil porsi 11% dari belanja TI nasional yang tahun ini diperkirakan mencapai US$ 1,731 miliar atau tumbuh 11,9% dari tahun sebelumnya.
Arief menyarankan, pemerintah daerah agar tak segan memanfaatkan cloud computing karena bisa menekan biaya investasi dan membuat adanya efisiensi. "Pemerintah daerah tidak akan head to head secara geografis. Jika cloud computing dimanfaatkan, banyak dana yang bisa dihemat," jelasnya.
Pun ia mengimbau, jika akan ada regulasi yang dikeluarkan pemerintah, faktor yang harus diperhatikan adalah masalah komitmen dari pemain asing untuk menggandeng investor lokal mengembangkan cloud computing.
"Harus ada regulasi yang mendorong kerjasama. Mulai dari pemasaran hingga kepemilikan bersama. Di bisnis software saja banyak sekali pemain asingnya. Padahal ini modalnya adalah kreatifitas," pungkasnya.
Data lain yang turut memperkuat bakal banjirnya solusi komputasi awan ialah dari International Data Corporation (IDC). Lembaga ini mencatat, pada 2009 lalu pendapatan dari public cloud mencapai US$ 16 miliar dan diperkirakan pada 2014 akan melonjak jadi US$ 55,5 miliar.
Sementara analis lainnya memperkirakan Private Cloud atau yang selama ini dikenal dengan enterprise cloud-based pada 2010 memiliki nilai US$ 12,1 miliar dengan pertumbuhan Compound Annual Growth Rate (CAGR) mencapai 43% pada tahun depan.
Produk SaaS akan menguasai segmen ini dengan proyeksi 70%. Sementara 30% lainnya datang dari solusi IaaS mulai tahun 2010 ini.
( rou / wsh )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar