VIVAnews - Permintaan gas bumi ke Jepang diprediksi meningkat paska bencana untuk pemulihan ekonomi negara tersebut. Jepang juga akan meneruskan investasi langsung atauforeign direct investment (FDI) guna menggenjot pertumbuhan.
Ekonom Standard Chartered Bank Indonesia, Erik Sugandi, mengatakan, berbeda dengan gempa Kobe yang terjadi di area industri, bencana dan tsunami 2011 itu menerjang daerah pertanian.
"Dampaknya mengurangi PDB (produk domestik bruto) kurang dari tujuh persen, dibanding dengan gempa Kobe yang mempengaruhi PDB hingga 14 persen," ujar Erik di Jakarta, Selasa, 29 Maret 2011.
Selain itu, dia mengambahkan, pelabuhan gas alam cair (liquefied natural gas/LNG) yang berjumlah 26 unit, hanya satu yang rusak parah. Sisanya masih dapat beroperasi. Adapun pelabuhan batu bara yang rusak akibat gempa dan tsunami mencapai 13 unit.
"Negara pemasok gas alam seperti Indonesia dan pemasok bahan makanan seperti Thailand akan diuntungkan," tambah Ekonom Senior Standard Chartered Bank, Fauzi Ichsan.
Saat ini, Jepang berkontribusi terhadap 8,5 persen ekonomi dunia. Untuk mencapai angka pertumbuhan 1,9 persen tahun ini, Jepang membutuhkan pasokan listrik yang mencukupi. "Dengan menurunnya pasokan listrik dari PLTN (pembangkit listrik tenaga nuklir), Jepang membutuhkan tambahan pasokan listrik dari thermal power yakni minyak, gas, dan batu bara," kata Erik."
Erik menuturkan, dalam jangka pendek, bencana di Jepang akan mengganggu pasokan suku cadang otomotif. Namun, adanya desentralisasi suku cadang di beberapa negara seperti Thailand dan Korea Selatan otomatis menguntungkan negara bersangkutan. "Dampaknya relatif kecil, hanya pada beberapa suku cadang yang memang benar-benar dibuat di Jepang," ujarnya.
Fauzi menambahkan, sektor pariwisata akan mengalami pukulan berat dengan bencana gempa bumi dan tsunami Jepang. Namun, bagi Indonesia, dampaknya tidak akan signifikan seperti pada Thailand karena porsi pariwisata masih minim.
Jepang pun akan tetap melanjutkan investasi langsung ke negara-negara lain. Sebab, Negeri Sakura itu akan merugi jika meninggalkan negara yang berpotensi memberi keuntungan bagi ekonomi negaranya. (art)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar