VIVAnews - Pembobolan bank kini ramai lagi. Setelah polisi sukses mengungkap pembobolan yang dilakukan MD di Citibank, polisi kini memburu sekelompok orang yang diduga membobol dana Taspen dan dana Bank BNI. Maraknya kasus pembobolan bank ini, tentu saja membuat nasabah resah. Para petinggi bank juga kini memperketat pengawasan.
Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI), Sofyan Basir, menuturkan bahwa kejahatan oknum dalam sistem perbankan perlu dicegah. Cara mencegahnya adalah dengan pengamanan dan pengawasan yang super ketat.
"Meski dengan biaya lebih besar, diharapkan dapat mencegah terjadinya fraud (penipuan) dan moral hazard pegawai perbankan," kata Sofyan usai konferensi pers di Gedung BRI Jakarta, Kamis 31 Maret 2011.
Hanya saja pengawasan yang ketat itu, lanjutnya, belum tentu menjamin adanya pembobolan dari dalam. Sebab jumlah kantor cabang bank banyak sekali, jumlah karyawannya juga sangat banyak. BRI, misalnya, memiliki 75 ribu karyawan dan 7.000 kantor. "Tidak semuanya sempurna, termasuk SDM. Namun, kita melakukan pengawasan untuk meminimalkan penyelewengan."
Sejumlah cara yang dilakukan BRI, kata Sofyan, adalah dengan melakukan audit, sistem kendali, teknologi pengawasan pasif atau inspeksi saat terjadi perubahan angka pada pos tertentu. "Kami membangun pengawasan aktif dan pasif. Walaupun dengan konsekuensi biaya meningkat, fraud akan berkurang."
Penyelewengan yang dilakukan pegawai perbankan, kata Sofyan, bukan untuk memenuhi kebutuhan hidup, melainkan keserakahan dan keinginan hidup mewah. Tentu saja, hal ini mengancam kepercayaan nasabah jika tak ditindaklanjuti. "Kami berharap, aparat menindak tegas oknum bank yang menyelewengkan dana," tutur Sofyan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar