VIVAnews - Citigroup memperingatkan seluruh negara di dunia, termasuk Indonesia, untuk mulai mewaspadai munculnya delapan kejutan yang diperkirakan menghantam perekonomian global.
Kedelapan kejutan itu merupakan kondisi ekonomi yang terkait satu dengan lainnya. Sebanyak tujuh kejutan merupakan kondisi yang saling terkait erat dengan lainnya, sedangkan satu kejutan lainnya dipastikan akan memperburuk situasi yang sebelumnya memang sudah parah.
Berikut delapan kejutan yang bakal mengguncang ekonomi global menurut analis Citigroup, Gullermo Felices, seperti dikutipVIVAnews.com dari laman Business Insider.
1. Lonjakan harga pangan di negara berkembang.
Kejutan ekonomi ini akan dimulai dari negara seperti China dan India, yang harga makanan terus menanjak tinggi. Kenaikan harga itu karena berbagai faktor seperti produksi pangan lebih rendah dari perkiraan akibat perubahan iklim dan permintaan yang meningkat sebagai dampak dari menguatnya perekonomian negara berkembang.
2. Tingginya suku bunga dan ketatnya likuiditas di negara berkembang.
Sejumlah pemerintahan negara berkembang merespons kenaikan inflasi akibat bahan makanan dengan memperketat kebijakan ekonomi.
Sebagai contoh, China terus melanjutkan peningkatan cadangan devisa dan kenaikan suku bunga. India, Korea Selatan, dan Brasil juga melanjutkan kenaikan suku bunga. Meski melakukan kebijakan tersebut, tidak ada yang bisa menjamin bahwa pilihan negara-negara tersebut akan berhasil.
Harga pangan dan juga komoditas lain seperti bahan bakar minyak seringkali tidak terpengaruh dengan kebijakan moneter.
3. Krisis politik di Timur Tengah.
Kenaikan harga bahan makanan merupakan salah satu faktor penyebab aksi demonstrasi di negara-negara Timur Tengah. Kondisi diperparah dengan bocornya sejumlah dokumen rahasia di WikiLeaks maupun aksi protes dengan membakar diri oleh seorang pemrotes di Tunisia di tengah fundamental ekonomi yang sedang kesulitan.
4. Menggelembungnya harga minyak dunia.
Kondisi politik yang tidak stabil di Timur Tengah telah mendorong kenaikan harga minyak mentah dunia. Kenaikan tersebut menyebabkan pasar dunia seperti China dan India, yang sebelumnya sudah memperketat moneter untuk mengantisipasi kenaikan, dan negara maju seperti Eropa dan Amerika Serikat ikut terpengaruh.
5. Naiknya suku bunga di negara maju.
Negara maju kini mulai berpikir untuk menaikkan suku bunga sebagai langkah antisipasi kenaikan harga minyak dan bahan pangan. Langkah ini dipastikan akan mengakhiri kebijakan kemudahan likuiditas yang sudah berjalan sejak krisis finansial.
Bank Sentral Eropa (The ECB) kemungkinan bakal menaikkan tingkat suku bunga pada pertemuan awal April mendatang. Bank Sentral Inggris juga akan melakukan langkah serupa sebagai respons terhadap lonjakan inflasi.
6. Berakhirnya kebijakan Quantitative Easing di AS.
Quantitative Easing jilid 2 merupakan program pemerintah Amerika Serikat untuk membeli obligasi dan akan berakhir pada Juni. Dampak dari berakhirnya program ini adalah kebijakan moneter AS yang akan lebih ketat.
Pemerintah AS memang tidak akan menaikkan tingkat suku bunga. Namun, berakhirnya kebijakan ini jelas menandai berakhirnya kebijakan likuiditas yang lebih longgar yang selama ini telah cukup mempengaruhi pasar tumbuh lebih tinggi.
7. Pemotongan fiskal dan krisis utang luar negeri.
Di saat kebijakan likuiditas yang lebih longgar akan berakhir, sejumlah negara di Atlantik juga berencana memangkas pengeluaran fiskal akibat kekhawatiran surat utang luar negeri.
Pemotongan fiskal ini jelas terlihat di sejumlah negara di Eropa, dengan negara seperti Yunani dan Irlandia telah diminta Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) dan Uni Eropa untuk mengonsolidasikan keuangannya. Namun, negara-negara Eropa ini juga menyaksikan upaya pemerintah Spanyol yang terancam masalah yang sama.
Di negara seberang, parlemen Amerika Serikat kini tengah berjuang untuk memotong anggaran yang berdampak pada berkurangnya stimulus fiskal.
Semua kejadian ini menunjukkan masih minimnya dampak dari upaya pemerintahan menggenjot ekonomi dan belum ada satu pun negara yang ekonominya sudah benar-benar pulih.
8. Di antara berbagai kejutan ekonomi yang akan menghantam perekonomian global, bencana alam di Jepang merupakan kekhawatiran terbesar bagi ekonomi dunia.
Di samping banyaknya korban meninggal dan kerusakan yang dialami Jepang akibat gempa bumi, tsunami, dan ledakan reaktor nuklir. Ancaman terbesar perekonomian Jepang bagi dunia adalah berkurangnya produksi dan isu pasokan barang dari Jepang.
Jepang juga dipastikan bakal membutuhkan tambahan pasokan minyak lebih banyak sebagai upaya memenuhi kebutuhan energi akibat berlangsungnya perbaikan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN). Kondisi ini menambah berat masalah kenaikan harga minyak mentah dunia. (art)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar