Selasa, Januari 11, 2011

Kredit Perbankan Jeblok Rp 18 Triliun di Awal 2011

Selasa, 11/01/2011 19:00 WIB
Kredit Perbankan Jeblok Rp 18 Triliun di Awal 2011
Herdaru Purnomo - detikFinance

Jakarta - Bank Indonesia (BI) mengungkapkan kredit perbankan turun signifikan selama pekan pertama Januari 2011. Bank sentral mencatat di awal tahun 2011 kredit perbankan turun sebesar Rp 17,97 triliun sehingga menjadi Rp 1.724,88 triliun

Demikian hasil Operasi Pasar Terbuka (OPT) pada pekan pertama atau sampai 5 Januari 2011 yang disampaikan Kepala Biro Hubungan Masyarakat BI Difi Ahmad Johansyah kepada detikFinance di Jakarta, Selasa (11/1/2011).

"Pada awal tahun 2011 atau per 5 Januari 2011 penyaluran kredit turun sebesar Rp 17,97 triliun menjadi Rp 1.724,88 triliun jika dibandingkan pekan sebelumnya per 29 Desember 2010. Secara year to date kredit turun 1,78%, namun secara year on year tercatat tumbuh 23,19%," demikian kata Difi.

Difi menjelaskan, penurunan kredit selama seminggu tersebut bersumber dari turunnya kredit rupiah dan valas masing-masing sebesar Rp 12,08 triliun dan Rp 5,89 triliun.

BI beralasan jebloknya kredit perbankan ini merupakan siklus usaha perbankan di mana kegiatan usaha atau bisnis pada awal tahun cenderung melambat sehingga mempengaruhi permintaan kredit atau biasa disebut 'January Effect'.

"Kredit rupiah turun pada semua kelompok bank dengan besaran yang cukup bervariasi, tertinggi pada kel bank Swasta Rp 4,77 triliun dan terendah pada kelompok Kantor Cabang Bank Asing (KCBA) yang sebesar Rp 120 miliar. Sementara itu, kredit valas kelompok bank Persero dan BPD tetap naik masing-masing sebesar Rp 100 miliar dan Rp 160 miliar," paparnya.

Sedangkan 3 kelompok bank yang lain yakni Swasta, KCBA dan Campuran mengalami penurunan dimana menurut Difi yang terbesar pada kelompok KCBA yang sebesar Rp 3,31 triliun. Lebih lanjut Difi mengungkapkan dalam denominasi valas, selama pekan laporan kredit valas turun US$ 570 juta di mana yang tertinggi pada KCBA sebesar US$ 350 juta.

"Dengan perkembangan tersebut KCBA dan bank Campuran merupakan penyalur kredit valas terbesar dari total kredit yang mereka salurkan yakni pangsanya masing-masing mencapai 55,07% dan 48,19%," kata Difi.

Dana Masyarakat Justru Meningkat Besar


Sementara itu, Difi mengatakan pada pekan laporan terbalik dengan kredit justru Dana Masyarakat (DPK) meningkat cukup besar yakni sebesar Rp 27,41 triliun dibandingkan pekan sebelumnya.

"DPK menjadi Rp 2.308,62 triliun atau turun 1,21% semenjak 1 Januari 2011, namun dibandingkan periode yang sama di 2010 naik 18,56%," katanya.

Menurut Difi, peningkatan DPK yang terjadi seminggu ini berasal dari dropping dana pemerintah pusat dan kembalinya uang kartal ke sistem pembayaran.

Disampaikan Difi, DPK rupiah naik pada 3 kel bank yakni Swasta, Persero dan Campuran dimana yang tertinggi pada kelompok bank Persero Rp 24,56 triliun dan Swasta Rp 8,6 triliun. Sedangkan kelompok BPD dan KCBA masing-masing turun Rp 4,41 triliun dan Rp 160 miliar.

"Kondisi yang hampir sama terjadi pada DPK valas. DPK naik pada kelompok bank Swasta Rp 1,81 triliun dan kelompok bank Campuran Rp 1,15 triliun. Sedangkan 3 kelompok bank yakni Persero, KCBA dan BPD turun di mana penurunan tertinggi pada kelompok bank Persero sebesar Rp 3,61 triliun," jelasnya.

DPK yang meningkat, sambung Difi dan di sisi lain kredit turun menyebabkan Rasio Pendanaan terhadap Kredit (LDR) turun dari 76,4% menjadi 74,71%. (dru/dnl)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar