VIVAnews - Pembangunan Greater Jakarta nantinya akan menekankan pada pengelolaan sistem, terutama dalam interkoneksi Jakarta sebagai Ibukota negara.
"Konsep Greater Jakarta jangan hanya dipandang sebagai penambahan wilayah, tapi penguatan sistem terutama transportasi seperti bandara," kata Menko Perekonomian, Hatta Rajasa, di Ciputat, Jakarta, Jumat, 14 Januari 2011.
Ia mengatakan konsep Greater Jakarta diperlukan karena pemerintah menilai interaksi transportasi di Ibukota setiap harinya bertambah baik dari segi frekuensi maupun jumlah.
Menurut Hatta, konsep Greater Jakarta sedang dibicarakan dengan beberapa pihak termasuk daerah di sekitar Ibukota Jakarta. "Sudah ada pembicaraan mengenai hal ini," kata dia tanpa menyebutkan pihak yang terlibat dalam pembicaraan konsep tersebut. Dia juga enggan menjelaskan lebih lanjut mengenai pengelolaan sistem yang dimaksud.
Ide mengenai pengembangan Jakarta melalui integrasi konektivitas Jakarta dengan kota-kota di sekitarnya ini sebelumnya juga diungkapkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Penambahan bandara kemudian disebut-sebut sebagai salah satu faktor pengembangan.
Kementerian Perhubungan pun mengaku tengah melakukan studi tentang Multiple Airport Greater Jakarta. Studi ini untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Jakarta terhadap kebutuhan transportasi udara yang semakin tinggi.
Kota besar berpenduduk lebih dari lima juta orang sebaiknya mempunyai lebih dari satu bandara. Saat ini, Bandara Soekarno-Hatta telah melebihi kapasitas. Ketika dirancang, Bandara Cengkareng hanya mampu memuat 22 juta penumpang, namun pada 2010 telah menerbangkan 43,5 juta penumpang.
Karena itu, Kementerian Perhubungan sedang merencanakan interkoneksi antar bandara yang sudah ada di Jakarta, antara lain Bandara Halim Perdanakusuma, Pondok Cabe, dan Curug. Dalam konsep multi bandara ini, pemerintah merencanakan koneksi antarbandara.
Jika keempat bandara sudah maksimal, tidak tertutup kemungkinan pemerintah membangun bandara baru di sekitar Jakarta.
Istilah "Greater Jakarta" ini mengingatkan pada istilah "Greater Kuala Lumpur" di Malaysia. Malaysia telah meletakkan pembangunan Ibukotanya, Kuala Lumpur, beserta kota-kota di sekelilingnya dalam Program Transformasi Ekonomi hingga 2020.
Malaysia meletakkan pembangunan Kuala Lumpur dan sekitarnya ini dalam Bab 5 Program Transformasi Ekonomi yang diluncurkan akhir Oktober 2010. Di paragraf pertama, langsung disebutkan, "Semua negara besar memiliki kota ikon yang juga menjadi pilar pertumbuhan ekonomi. Inggris memiliki London, Amerika Serikat punya New York, China memiliki Beijing dan Shanghai, serta Jepang punya Tokyo." (art)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar