Jumat, Agustus 27, 2010

Harga Beras RI Termahal, Pemerintah Salahkan Iklim

Jumat, 27/08/2010 17:39 WIB
Harga Beras RI Termahal, Pemerintah Salahkan Iklim
Ramdhania El Hida - detikFinance

Jakarta - Pemerintah menyalahkan kondisi perubahan iklim yang ekstrem sebagai penyebab melonjaknya harga beras dalam negeri. Bahkan saat ini harga beras Indonesia menjadi yang termahal di dunia.

Menko Perekonomian Hatta Rajasa menilai tingginya harga beras Indonesia merupakan suatu siklus. Selain karena harga beras dunia yang memang tinggi, iklim yang tidak menentu.

"Kita memang bergerak tinggi, tapi tahun 2009 kita sempat juga yang terendah. Jadi ini kan karena harga dunia juga tinggi, dan lihatlah ini, iklimnya," ujar Hatta sambil menatap awan yang mendung di sekitar kantornya, Jalan Lapangan Banteng, Jakarta, Jumat (27/8/2010).

Untuk menurunkan kembali harga beras tersebut, lanjut Hatta, pihaknya akan mengupayakan penambahan pasokan beras oleh Bulog. Selain itu, pemerintah tetap melakukan operasi pasar untuk menjaga harga beras.

"Dari sekarang kan kita sudah mengupayakan. Kita akan tambah pasokan, Agustus kan kita panen, September juga. Jadi kita minta Bulog harus menambah pasokan," tandasnya.

Sebelumnya, gejolak harga beras di pasar dalam negeri yang terjadi belakangan ini perlahan-lahan telah menempatkan harga beras Indonesia tertinggi dari negara-negara produsen beras dunia lainnya seperti Vietnam maupun Thailand.

Padahal tahun 2009 lalu ketiga harga beras dunia bergejolak justru harga beras di dalam negeri sangat stabil tak terpengaruh gejolak harga.

Direktur Utama PT Alam Makmur Sembada Ayong Suherman Dinata yang merupakan salah satu pedagang beras terbesar, mengatakan harga beras Indonesia untuk jenis medium sudah lebih tinggi 50-60% dari harga beras Vietnam dan Thailand.

"Harga beras Vietnam US$ 380 per metrik ton kalau sudah sampai di Indonesia hanya Rp 4.000 per kg, harga beras di sini sudah Rp 6.000-7.000 per kg," kata Ayong saat dihubungi
detikFinance.

Ayong menuturkan tren posisi harga beras Indonesia diatas harga beras dunia sudah mulai terjadi sejak dua bulan lalu. Ia pun tak bisa memastikan sampai kapan harga beras di dalam negeri tetap tinggi.

"Penyebabnya karena cuaca tak bersahabat, panen mundur, tidak cukup matahari, hama makin mengganas, produksi turun, ya harga naik," katanya.

Sehingga kata dia kenaikan harga beras di dalam negeri saat ini tidak terlepas dari faktor permintaan dan penawaran. Tudingan adanya permainan pasar terutama para pedagang, menurutnya hal itu tak benar.

"Kita tertinggi dibandingkan dengan negara-negara produsen beras di dunia, kecuali Jepang (premium)," katanya.

(nia/dnl)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar