Selasa, Mei 04, 2010

Uang Rp 100.000 Jadi Pecahan Terbesar Kedua di Dunia

Selasa, 04/05/2010 17:30 WIB
Uang Rp 100.000 Jadi Pecahan Terbesar Kedua di Dunia
Herdaru Purnomo - detikFinance

Jakarta - Uang pecahan Rp 100.000 yang dikeluarkan Bank Indonesia (BI) ternyata merupakan uang pecahan dengan nilai terbesar kedua di dunia setelah Vietnam, yang mempunyai pecahan yang terbesar yakni 500.000 Dong (mata uang Vietnam).

Demikian hasil riset redenominasi mata uang seluruh dunia yang disampaikan oleh Kepala Biro Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Iskandar Simorangkir dalam sebuah diskusi di Gedung BI, Jakarta, Selasa (4/5/2010).

"Vietnam itu menjadi nomor satu negara dengan pecahan terbesar yakni 500.000 Dong. Dan Indonesia nomor dua setelah vietnam sebesar Rp 100.000, berdasarkan riset Redenominasi World Bank beberapa waktu lalu," ujar Iskandar.

Tadinya, Indonesia menempati posisi ketiga dan Vietnam yang kedua, setelah Zimbabwe yang pernah mengeluarkan pecahan 10 juta dollar Zimbabwe karena inflasi yang terjadi di negara tersebut.

Dalam riset tersebut, lanjut Iskandar, negara yang baru saja melakukan redenominasi adalah Rumania dan Turki.

"Di Rumania, pecahan terbesar di dalam mata uang itu angka nol-nya dipotong 4 digit, misalnya dari Rp 10.000 jadi Rp 1 di Indonesia. Dan di Turki nol-nya itu dipotong hingga 6 digit," paparnya.

Iskandar mengungkapkan penggunaan uang dalam pecahan yang cukup besar memang kurang efisien. Masalahnya uang besar justru membuat proses pembayaran dan transaksi tunai menjadi lebih susah.

"Dulu, memang sempat terlontar wacana agar pecahan mata uang dalam nilai besar agar lebih disederhanakan di Indonesia. Salah satunya dengan mengurangi angka nol dalam pecahan uang yang ada atau redenominasi tadi," katanya.

Redenominasi yaitu pengurangan nilai pecahan tanpa mengurangi nilai dari uang tersebut.

Namun untuk bisa melakukan penyederhanaan satuan uang tersebut membutuhkan sejumlah persyaratan. Iskandar menjelaskan, setidaknya ada tiga syarat yang mutlak dipenuhi yaitu kondisi perekonomian yang stabil, inflasi rendah dan stabil, serta adanya jaminan stabilitas harga.

Iskandar mengatakan, Pemerintah Turki saja melakukan penyederhanaan satuan mata uangnya dengan membutuhkan waktu 10 tahun untuk bisa betul-betul siap melakukan ketentuan tersebut. Selain itu, pemberlakukan juga dilakukan setelah ada konsensus nasional dan sosialisasi yang optimal.

"Hal yang paling sulit dilakukan dengan cepat dan mudah adalah sosialisasi kepada seluruh masyarakat Indonesia yang mencapai ratusan juta jiwa," tuturnya.

Kemudian, lanjut Iskandar, cost (dana) yang dikeluarkan juga sangat besar, karena jumlah penduduk yang mencapai 200 juta. "Ini harus dilakukan agar tidak muncul kesan bahwa pemerintah melakukan sanering," tegasnya.
(dru/dnl)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar