Beda Krisis 2008 dan 2011 Versi Pengusaha
Krisis 2008 disebabkan runtuhnya perusahaan kakap.
SENIN, 26 SEPTEMBER 2011, 07:01 WIB
Hadi Suprapto, Nina Rahayu
VIVAnews - Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia Sofjan Wanandi menduga nilai tukar rupiah akan semakin buruk pada tahun ini. Terpuruknya nilai tukar dipicu penyebab utama krisis yang terjadi tahun ini.
Jika krisis 2008 lebih banyak disebabkan runtuhnya perusahaan-perusahaan kakap, tahun ini justru negaranya.
"Kemungkinan akan lebih buruk dari tahun 2008, karena ini melibatkan negara-negara besar seperti Amerika Serikat dan Eropa," kata Sofjan saat berbincang dengan VIVAnews.com di Jakarta, Minggu 25 Septmber 2011.
Dia mengatakan, nilai tukar rupiah yang melemah membuat permintaan ekspor pada awal tahun depan diprediksi menurun. Kontrak para eksportir kebanyakan berakhir Desember 2011. Sementara negara importir diperkirakan akan berpikir ulang untuk memperpanjangnya, karena khawatir dengan situasi perekonomian dunia.
"Pada tahun depan kemungkinan permintaan ekspor akan mengalami penurunan 10-20 persen," ujarnya.
Meski ekspor mengalami penurunan, Sofjan berharap penurunan nilai tukar rupiah membawa angin segar bagi eskportir. "Bagaimana pun eksportir akan mendapat rupiah lebih banyak dari biasanya."
Seperti diberitakan sebelumnya, Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menilai melemahnya nilai tukar rupiah harus bisa dimanfaatkan kalangan eksportir karena membuat produk Indonesia lebih kompetitif.
"Bagi eksportir melemahnya rupiah tentu suatu yang menggembirakan karena membuat produk kita lebih menarik," kata Ketua Umum Kadin Indonesia Suryo Bambang Sulisto di Jakarta, Jumat lalu.
Suryo menilai pelemahan nilai tukar rupiah terhadap mata uang dolar AS seharusnya dipandang dua sisi yang berbeda. Namun yang pasti, nilai tukar rupiah yang turun bahkan meyentuh Rp9.200 per dolar AS merupakan hal yang menggembirakan bagi eksportir. (umi)
• VIVAnews"Kemungkinan akan lebih buruk dari tahun 2008, karena ini melibatkan negara-negara besar seperti Amerika Serikat dan Eropa," kata Sofjan saat berbincang dengan VIVAnews.com di Jakarta, Minggu 25 Septmber 2011.
Dia mengatakan, nilai tukar rupiah yang melemah membuat permintaan ekspor pada awal tahun depan diprediksi menurun. Kontrak para eksportir kebanyakan berakhir Desember 2011. Sementara negara importir diperkirakan akan berpikir ulang untuk memperpanjangnya, karena khawatir dengan situasi perekonomian dunia.
"Pada tahun depan kemungkinan permintaan ekspor akan mengalami penurunan 10-20 persen," ujarnya.
Meski ekspor mengalami penurunan, Sofjan berharap penurunan nilai tukar rupiah membawa angin segar bagi eskportir. "Bagaimana pun eksportir akan mendapat rupiah lebih banyak dari biasanya."
Seperti diberitakan sebelumnya, Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menilai melemahnya nilai tukar rupiah harus bisa dimanfaatkan kalangan eksportir karena membuat produk Indonesia lebih kompetitif.
"Bagi eksportir melemahnya rupiah tentu suatu yang menggembirakan karena membuat produk kita lebih menarik," kata Ketua Umum Kadin Indonesia Suryo Bambang Sulisto di Jakarta, Jumat lalu.
Suryo menilai pelemahan nilai tukar rupiah terhadap mata uang dolar AS seharusnya dipandang dua sisi yang berbeda. Namun yang pasti, nilai tukar rupiah yang turun bahkan meyentuh Rp9.200 per dolar AS merupakan hal yang menggembirakan bagi eksportir. (umi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar