Bank Dunia: Ekonomi Global Hadapi Bahaya Baru
Kondisi Eropa yang parah dan stagnasi tenaga kerja AS menunjukkan ekonomi global melemah
SABTU, 3 SEPTEMBER 2011, 11:19 WIB
Syahid Latif, Indrani Putri
VIVAnews - Presiden Bank Dunia, Robert Zoellick, memperingatkan akan adanya bahaya baru bagi perekonomian dunia. Ia pun mendesak Eropa dan Amerika Serikat untuk segera mengatasi masalah utang piutang mereka.
"Krisis keuangan di Eropa kini berkembang menjadi krisis utang yang parah, dengan implikasi serius pada serikat moneter, bank, dan tingkat kompetitivitas beberapa negara," kata Zoellick di Beijing pada Sabtu 3 September 2011, seperti dikutip dari Bloomberg.
"Krisis keuangan di Eropa kini berkembang menjadi krisis utang yang parah, dengan implikasi serius pada serikat moneter, bank, dan tingkat kompetitivitas beberapa negara," kata Zoellick di Beijing pada Sabtu 3 September 2011, seperti dikutip dari Bloomberg.
Bank Dunia mencatat, kondisi Eropa yang sudah sedemikian parah telah mencetak rekor, dan jumlah tenaga kerja di AS yang mengalami stagnasi pada Agustus, menunjukkan kondisi perekonomian dunia yang melemah.
"Keputusan apapun yang diambil di Eropa, AS, atau China mempengaruhi kita semua," tambah Zoellick, mengukuhkan peran China dalam ekonomi dunia. "Tantangan struktural China terjadi dalam konteks internasional saat ini, dimana kepercayaan para investor melemah dan pertumbuhan ekonomi melambat."
China, negara dengan ekonomi terkuat kedua dunia, dinobatkan Bank Dunia pada Juli lalu sebagai negara berpenghasilan menengah ke atas selain Brasil dan Turki. Zoellick memperkirakan, Negeri Tirai Bambu memiliki peluang untuk masuk dalam jajaran negara berpendapatan tinggi dunia dalam 15 atau 20 tahun ke depan.
Zoellick juga menyambut baik berita Bank Sentral Eropa yang membeli obligasi sebesar 22 miliar euro (Rp267 triliun) di Italia dan Spanyol yang memiliki utang paling tinggi. Namun ia mengingatkan usaha penanggulangan utang tersebut hanya berlaku jangka pendek dan tetap tak akan banyak mengubah keadaan, seperti dikutip dari kantor berita Associated Press. (sj)
"Utang yang melilit Eropa saat ini masih belum dapat ditanggulangi dan belum dapat diatasi, terutama yang terkait dengan isu fundamental dan struktural," kata Zoellick.
• VIVAnews"Keputusan apapun yang diambil di Eropa, AS, atau China mempengaruhi kita semua," tambah Zoellick, mengukuhkan peran China dalam ekonomi dunia. "Tantangan struktural China terjadi dalam konteks internasional saat ini, dimana kepercayaan para investor melemah dan pertumbuhan ekonomi melambat."
China, negara dengan ekonomi terkuat kedua dunia, dinobatkan Bank Dunia pada Juli lalu sebagai negara berpenghasilan menengah ke atas selain Brasil dan Turki. Zoellick memperkirakan, Negeri Tirai Bambu memiliki peluang untuk masuk dalam jajaran negara berpendapatan tinggi dunia dalam 15 atau 20 tahun ke depan.
Zoellick juga menyambut baik berita Bank Sentral Eropa yang membeli obligasi sebesar 22 miliar euro (Rp267 triliun) di Italia dan Spanyol yang memiliki utang paling tinggi. Namun ia mengingatkan usaha penanggulangan utang tersebut hanya berlaku jangka pendek dan tetap tak akan banyak mengubah keadaan, seperti dikutip dari kantor berita Associated Press. (sj)
"Utang yang melilit Eropa saat ini masih belum dapat ditanggulangi dan belum dapat diatasi, terutama yang terkait dengan isu fundamental dan struktural," kata Zoellick.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar