Rabu, September 07, 2011

Ini Dia Penyebab BlackBerry Pilih Bangun Pabrik di Malaysia

Rabu, 07/09/2011 14:55 WIB
Ini Dia Penyebab BlackBerry Pilih Bangun Pabrik di Malaysia  
Suhendra - detikFinance 

Jakarta - Keputusan produsen BlackBerry (BB) Research In Motion (RIM) yang lebih memilih Malaysia sebagai basis produksinya dibandingkan Indonesia sangat tak mengherankan. Banyak kalangan menilai kondisi iklim investasi di Indonesia terutama dari sisi infrastruktur jauh tertinggal dengan Malaysia.

"Kalau di Malaysia aturan jelas beda dengan sini, misalnya soal aturan pertanahan, kalau itu tanah negara kemudian diperlulan maka dikasih. Masalah undang-undang pertanahan mereka memang lebih pasti. Terkait BlackBerry, walaupun penduduk Malaysia tak besar namun orientasinya (BlackBerry) ke pasar kita," kata Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Perindustrian, Riset & Teknologi Bambang Sujagad kepada detikFinance, Rabu (7/9/2011).

Ia menambahkan keunggulan Indonesia cuma baik dalam menarik investasi portofolio yang justru tak menyentuh kepada sektor riil. Sementara Malaysia cukup mendukung investasi sektor riil seperti di bidang elektronika.

"Kalau di Malaysia investor yang butuh duit, jelas lebih murah bunganya cuma spread-nya hanya 4% jadi bunganya hanya 6%-7%. Kalau di sini spread-nya bisa 7%jadi bungnya 13%. Bagaimana pun investasi yang masuk butuh dukungan perbankan," katanya.

Bambang memperkirakan pabrik RIM di Malaysia dipastikan ujung-ujungnya akan menyerap tenaga kerja Indonesia (TKI) juga. Namun menurut Bambang, sebagai orang yang memiliki usaha di Malaysia, TKI lebih produktif dibandingkan ketika bekerja di Tanah Air.

"TKI kita mereka lebih produktif dibandingkan jika di Indonesia, mungkin di sana manajemen bagus, bayarannya lebih tinggi," katanya.

Dikatakannya biaya logistik di Indonesia termasuk yang paling termahal. Ia mencontohkan biaya logistik laut per 1 mil laut di Indonesia 20 kali lebih tinggi dibandingkan dengan biaya logistik internasional.

Sebelumnya Menteri Pekerjaan Umum (PU) Djoko Kirmanto mengakui kelayakan infrastruktur Indonesia dengan negara-negara tetangga masih banyak tertinggal. Khusus dengan Malaysia, semua aspek infrastruktur seperti jalan, pelabuhan, listrik, energi dan lain-lain jauh tertinggal dengan Negeri Jiran tersebut.

"Jadi kalau kita bicara jalan, listrik, pelabuhan laut, udara, kereta api. Kalau dengan Filipina kita menang semua, dengan Vietnam banyak kita menang ada juga yang kalah. Dengan Malaysia kita kalah semua," kata Djoko dalam acara Media Gathering di kawasan Bendungan Selorejo, Malang, Jumat malam (13/5/2011)

Djoko menambahkan, masih terbatasnya infrastruktur Indonesia berimbas pada peringkat daya saing yang hanya berada di posisi 44 dunia. Khusus untuk peringkat infrastruktur, Indonesia berada di nomor 90.

Berdasarkan laporan GCR 2010-2011 yang dilansir oleh World Economic Forum (WEF), daya saing Indonesia naik menjadi posisi 44 dari 144 negara dengan skor 4.43 dari posisi sebelumnya di 2009-2010 yaitu posisi 54. Indonesia sendiri berada dibawah langsung negara Barbados yang menempati posisi 43 dengan skor 4.45.

Namun jika dibandingkan dengan daya saing negara-negara ASEAN lainnya seperti Malaysia menempati posisi 26 dengan skor 4.88 atau turun dari GCI 2009-2010 yaitu posisi 24.
Negara tetangga Indonesia lainnya yaitu Thailand berada di posisi 38 dengan skor 4.51 atau turun dari posisi 36. Brunei Darussalam masih di atas angin, posisi negara kerajaan ini menempati posisi 28 dengan skor 4.75 atau naik dari posisi sebelumnya yang hanya 32.
(hen/dnl) 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar