Rabu, September 07, 2011

Pemerintah Dianggap 'Kesiangan' Tarik Investasi BlackBerry

Rabu, 07/09/2011 14:04 WIB
Pemerintah Dianggap 'Kesiangan' Tarik Investasi BlackBerry  
Suhendra - detikFinance  

Jakarta
 - Rencana pemerintah untuk menarik investasi perusahaan multinasional dengan cara-cara ancaman disinsentif pajak sebagai tindakan terlambat. Dalam kasus keputusan produsen BlackBerry (BB) Research In Motion (RIM) yang akhirnya memilih membangun pabrik di Malaysia menjadi contoh yang menohok pemerintah.

Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Perindustrian, Riset & Teknologi Bambang Sujagad menuturkan pola serupa jauh sebelumnya telah dilakukan oleh Brazil karena mereka salah satu konsumen BB terbesar. Langkah Brazil ini sukses yang akhirnya kini Negeri Samba itu menjadi pemasok BB di kawasan Amerikan Latin.

Namun dalam kasus Indonesia, ia menilai langkah pemerintah sudah terlambat. Keputusan RIM untuk lebih memilih Malaysia sebagai basis produksi BB mereka bakal sulit digeser.

"Sekarang ini sudah kesiangan, Brazil sudah lama, sekarang pasokan BB di Amerika Selatan dari Brazil. Jadi sekarang RIM sudah menentukan bangun pabrik di Malaysia," tegasnya kepada detikFinance, Rabu (7/9/2011).

Menurut Bambang mestinya trik pemerintah tersebut bisa dilakukan sebelum adanya keputusan RIM. Bahkan ia menuding Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) telat menyongsong potensi investasi RIM tersebut.

"Kita kurang aware seharusnya investasi teknologi seperti bukan hanya fasilitas tax holiday, mestinya tanahnya free. Itu tugasnya BKPM mencari tahu apa yang bisa dilakukan, dulu juga ada Goodyear mau ke sini tapi akhirnya ke Thailand. Menteri-menteri Thailand dikirim ke Australia, BKPM jangan menunggu bola masuk," serunya.

Bambang juga mengkritik rencana pemerintah akan memberikan disinsentif seperti Pajak Barang Mewah terhadap BB. Dikatakannya langkah itu justru merugikan masyarakat karena BB sudah masuk katagori produk kebutuhan masyarakat bukan barang mewah.

"Jadi kalau dipajaki yang repot kita sendiri, BB bukan barang mewah tetapi sudah barang keperluan. Kalau digunakan barang mewah keliru, akan mensengsarakan rakyat kita yang memerlukan teknologi itu," katanya.

Pemerintah sangat bereaksi terkait keputusan produsen Blackberry (BB) Research In Motion (RIM) yang lebih memilih Malaysia sebagai basis produksinya di ASEAN. Padahal jika dihitung-hitung jumlah penjualan BB di Malaysia jauh tertinggal dengan Indonesia.

Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Gita Wirjawan menyebutkan penjualan BB di Indonesia termasuk yang laris manis. Pada tahun depan, penjualan BB di Tanah Air diperkirakan akan menembus 4 juta unit per tahun dengan nilai rata-rata US$ 300 per unit. Hal ini jauh berbeda jika dibandingkan dengan penjualan BB di Malaysia yang hanya sekitar 400 ribu unit per tahun.

"Blackberry akan dilakukan penjualan sekitar 4 juta unit tahun depan, itu rata-rata 300 dollar per unit, sedangkan di Malaysia mereka tidak akan bisa jual lebih dari 400 ribu unit itu per sepuluhnya," ujar Gita.

Gita mengaku kecewa karena perusahaan BB justru membangun pabriknya di Malaysia. Untuk itu, dirinya meminta pemerintah untuk menyikapi hal tersebut, salah satunya dengan pemberlakuan disinsentif seperti tarif perpajakan.
(hen/dnl) 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar