Selasa, Maret 23, 2010

Prospek IHSG Ditengah Gelisah Ekonomi Dunia 2010

Kamis, 28/01/2010 10:02 WIB
Prospek IHSG Ditengah Gelisah Ekonomi Dunia 2010
Indro Bagus SU - detikFinance


Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) telah mencetak prestasi luar biasa sejak kejatuhan pasar modal dunia tahun 2008 dan setidaknya sejak 3 bulan terakhir.

Sikap optimistis disertai proyeksi ekonomi fundamental yang lumayan, apalagi jika dibandingkan dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi negara-negara tetangga dan negara maju, telah membuat investor-investor domestik maupun global menjadikan Bursa Efek Indonesia (BEI) sebagai salah satu tempat investasi prioritas di 2010.

Sayangnya, sikap optimistis tersebut mendadak mulai berbalik arah. Proyeksi ekonomi dunia di 2010 yang sudah dihitung, sontak menemui kendala dan mungkin harus dihitung ulang.

China mulai ketar-ketir terhadap bahaya inflasi yang berujung pada penerapan kebijakan pengetatan moneter. Beberapa waktu lalu, China menaikkan rasio Giro Wajib Minimum (GWM) yag diiringi dengan pembatasan kredit perbankan di negaranya.

Amerika Serikat (AS) pun berecana melakukan pengetatan kebijakan moneter. Presiden AS Barrack Obama berencana memisahkan industri perbankan dari hedge fund. Obama mengisyaratkan akan melarang perbankan AS memiliki, mensponsori dan memiliki keterkaitan dengan hedge fund.

Kebijakan Obama yang berbau anti liberalisme ini mendapat reaksi keras dari kalangan kapitalis AS. Bahkan Partai Demokrat AS yang mengusung Obama ke pucuk pimpinan negara paman Sam itu pun mengindikasikan penolakan.

Akan tetapi, pelaku pasar modal global mulai melakukan antisipasi guna memantau terlebih dahulu dampak rencana kebijakan ini dalam jangka pendek. Aksi jual mendadak melanda seluruh bursa-bursa di dunia.

Duet maut isu kebijakan moneter dua negara adidaya tersebut sukses merontokkan indeks-indeks saham di seluruh dunia.

Apalagi ditambah realisasi ekonomi Korea yang tak sesuai harapan. Tiba-tiba, seluruh dunia khawatir kalau tahun 2010 ternyata bukan tahun pemulihan ekonomi gobal seperti yang diperkirakan sebelumnya.

Benarkah demikian?

Jika benar, konsekuesinya adalah negara-negara di dunia akan melakukan penghitungan ulang atas proyeksi ekonominya masing-masing, yang tentunya berujung pada revisi angka ke bawah alias revised down.

"Saat ini kita tidak tahu pasti apakah ini transisi menuju pemulihan atau sebaliknya transisi menuju tren penurunan," ujar Kepala Riset PT Recapital Securities, Poltak Hotradero di hotel Shangri-La, Jakarta, Rabu (27/1/2010).

Menurut Poltak, masih terlalu dini menyimpulkan apakah situasi sekarang merupakan sinyal pembalikan arah menuju penurunan atau hanya transisi sesaat sebelum akhirnya kembali positif.

"Indikator-indikator ekonomi dunia mungkin harus dihitung kembali. Data Korea yang tidak sesuai harapan, serta rencana pengetatan kebijakan moneter AS dan China mungkin saja bisa menjadi indikator terjadinya pembalikan arah, kita belum tahu pasti," ujarnya.

Meski demikian, reaksi sudah muncul terlebih dahulu di pasar saham. Selama dua pekan terakhir, bursa-bursa dunia mengalami tekanan jual yang cukup berat. Koreksi mulai mendominasi perdagangan harian.

Selama 5 hari terakhir, IHSG terus menerus ditutup turun. Pada perdagangan kemarin, Rabu (27/1/2010), IHSG ditutup turun 13,861 poin (0,53%) ke level 2.564,554.

Pada perdagangan 20 Januari 2010, IHSG masih berada di posisi 2.667,266. Itu berarti, selama 5 hari perdagangan berturut-turut IHSG mengalami koreksi kumulatif sebanyak 102,712 poin (3,85%).

Apakah tren penurunan masih berlanjut di 2010 ini? Belum dapat dipastikan. Sebab, prospek fundamental ekonomi dunia 2010 mulai diragukan.

Sebagai catatan, aspek fundamental perekonomian domestik dan global, biasanya menjadi indikator utama dalam mengukur prospek pasar saham. Kalau proyeksi ekonomi dunia bakal direvisi ke bawah, konsekuensinya perkiraan harga-harga saham pun bakal mengalami hal yang sama.

"Kalau proyeksi pertumbuhan ekonomi domestik dan dunia direvisi, target harga-harga saham pun ikut direvisi," jelas Poltak.

Menurut Poltak, level IHSG saat ini pun sebenarnya sudah berada di atas nilai wajar. Perhitungan Poltak menyimpulkan kalau level yang wajar untuk IHSG berkisar antara 2.200 hingga 2.400.

"Itu artinya level IHSG sekarang lebih tinggi 300-400 poin dari nilai wajarnya," ujar Poltak.

Atas alasan itu, Poltak meragukan kalau IHSG bisa menembus dan bertahan di level 3.000 di tahun 2010. Sebab, belum ada sentimen ekonomi global yang positif untuk membuat IHSG bertaha di level 3.000.

"Kelihatannya bertahan di 3.000 cukup sulit. Kalau menyentuh sekali dua kali mungkin saja, tapi kalau bertahan di level 3.000 saya rasa tidak. Belum ada sentimen positif global yang bisa membuat IHSG bertahan di level 3.000," ujar dia.

Kendati demikian, ia melihat adanya sentimen temporer yang cukup positif untuk membuat bursa-bursa saham dunia kembai bergairah di 2010, termasuk IHSG.

"AS akan melakukan sensus tahun ini. Sensus di AS itu biasanya menyerap tenaga kerja sekitar 850 ribu orang. Cukup besar untuk mengurangi persentase pengangguran di AS yang saat ini sebesar 10%. Itu bisa menjadi sentimen positif yang bersifat temporer di 2010," ungkap Poltak.

Sensus AS menurut perkiraan Poltak akan dilakukan sekitar pertengahan tahun 2010. Perkiraan Poltak, pasar saham dunia akan kembali bergairah sekitar periode tersebut.

"Kalau sekarang kelihatannya masih bergejolak. Dan kelihatannya ini baru awalnya saja, mungkin sekitar Maret akan mencapai puncak gejolaknya," ujar Poltak.

(dro/qom)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar