Tampilkan postingan dengan label Harga Minyak. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Harga Minyak. Tampilkan semua postingan

Rabu, Maret 16, 2011

Wall Street Terhindar dari Kejatuhan Parah, Harga Minyak Anjlok 4%

Rabu, 16/03/2011 06:58 WIB
Wall Street Terhindar dari Kejatuhan Parah, Harga Minyak Anjlok 4%
Nurul Qomariyah - detikFinance

Foto: Reuters
New York - Bursa Wall Street terhindar dari kejatuhan terdalam akibat krisis nuklir di Jepang, berkat komentar dari Bank Sentral Amerika (Federal Reserve). Sementara harga minyak mentah tercatat merosot hingga 4%.

Saham-saham sempat mengalami kejatuhan dalam sebelum akhirnya sedikit tertolong oleh komentar The Fed tentang pandangan perekonomian yang lebih baik. Investor juga meyakini dampak krisis nuklir di Jepang bakal sementara saja menekan harga saham-saham.

"Sementara proyeksi kecelakaan nuklir menakutkan, isu nuklir lainnya memiliki dampak yang sedikit pada saham-saham di AS dan itu kemungkinan adalah skenario terbesar disini," ujar Jim McDonald, chief investment strategist Northern Trust Global Investment seperti dikutip dari Reuters, Rabu (16/3/2011).

Pada perdagangan Selasa (15/3/2011), indeks Dow Jones industrial average (DJIA) ditutup merosot 137,74 poin (1,15%) ke level 11.855,42. Indeks Standard & Poor's 500 juga merosot 14,52 poin (1,12%) ke level 1.281,87 dan Nasdaq melemah 33,64 poin (1,25%) ke level 2.667,33.

Anjloknya indeks saham terjadi dalam volume perdagangan yang cukup besar, dengan transaksi di New York Stock Exchange mencapai 10,05 miliar lembar saham, di bawah rata-rata harian tahun lalu yang sebesar 8,47 miliar.

Bank Sentral AS dalam pertemuan rutinnya kembali mempertahankan suku bunga rendah dan stimulus fiskalnya dalam rangka mendongkrak perekonomian meski proses pemulihan ekonomi tetap berjalan. The Fed juga menilai tingkat pengangguran mulai berkurang, belanja konsumen meningkat dan pebisnis lebih optimistis.

"Proses pemulihan ekonomi berada pada jalan yang benar dan kondisi keseluruhan di pasar perburuhan membaik secara bertahan," demikian pernyataan dari Federal Open Market Committee.

Sejak pertemuan pada Januari lalu, tingkat pengangguran sudah turun dari 9,4% menjadi 8,9%.

Selain merontokkan pasar saham, krisis nuklir di Jepang juga telah membuat harga minyak anjlok. Minyak light sweet pengiriman April merosot 4,01% ke level US$ 97,18 per barel. Minyak Brent turun 5,15 dolar ke level US$ 108,52 per barel.

"Banyak ketidakpastian di pasar saat ini. Pasar minyak sedang dalam trend turun, mengikuti jatuhnya bursa saham dan anjloknya Nikkei hingga 10% sehubungan kekhawatiran krisis nuklir di Jepang," ujar Myrto Sokou, analis dari Sucden seperti dikutip dari AFP.


(qom/qom)

Jumat, Juli 30, 2010

Harga Minyak di Asia Melemah

Harga Minyak di Asia Melemah
Beberapa analis memprediksi bahwa ekonomi global akan melambat pada paruh kedua tahun ini
JUM'AT, 30 JULI 2010, 17:18 WIB
Renne R.A Kawilarang, Harriska Farida Adiati

VIVAnews - Harga minyak mentah untuk perdagangan Asia di bursa New York melemah hingga mendekati ambang bawah US$78 per barel. Penurunan ini menyusul pelemahan indeks di pasar-pasar saham Asia.

Bursa-bursa saham utama di Asia melemah karena kabar mengecewakan dari Jepang menjelang laporan pertumbuhan ekonomi triwulan kedua Amerika Serikat (AS) tahun ini.

Berdasarkan transaksi elektronik, yang dipantau pada Jumat sore waktu Singapura, harga minyak mentah untuk pengiriman September turun 35 sen menjadi US$78,01 per barel. Pada transaksi langsung di bursa New York dini hari tadi, harga minyak sempat menguat US$1,37 menjadi US$78,36 per barel.

Sebagian besar indeks utama Asia ditutup melemah setelah indeks saham industri Dow Jones turun 0,3 persen pada perdagangan Kamis. Sejumlah kabar buruk juga datang dari Jepang. Pemerintah Negeri Matahari Terbit itu melaporkan tingkat pengangguran yang meningkat, merosotnya harga-harga konsumen, serta turunnya produksi manufaktur.

Investor juga merasa was-was menantikan angka pertumbuhan ekonomi AS untuk triwulan kedua tahun 2010 yang akan dirilis Jumat ini. Analis memperkirakan, Produk Domestik Bruto (PDB) akan mencapai 2,5 persen dalam triwulan April hingga Juni, turun dari 2,7 persen pada triwulan pertama.

Beberapa analis memprediksi bahwa ekonomi global akan melambat pada paruh kedua tahun ini. Kondisi ini akan membebani permintaan minyak mentah. "Pemulihan global mengarah ke gerak lambat sehingga akan membuat pasokan minyak untuk pasar sangat mencukupi, yang pada akhirnya makin menekan harga minyak," kata Saxo Capital dalam sebuah laporan.

Saxo memperkirakan harga minyak akan turun mencapai US$60 pada akhir tahun ini. Sementara itu, harga minyak Brent turun 64 sen menjadi US$76,95 per barel di bursa London. (Associated Press)

• VIVAnews