VIVAnews - Harga minyak mentah untuk perdagangan Asia di bursa New York melemah hingga mendekati ambang bawah US$78 per barel. Penurunan ini menyusul pelemahan indeks di pasar-pasar saham Asia.
Bursa-bursa saham utama di Asia melemah karena kabar mengecewakan dari Jepang menjelang laporan pertumbuhan ekonomi triwulan kedua Amerika Serikat (AS) tahun ini.
Berdasarkan transaksi elektronik, yang dipantau pada Jumat sore waktu Singapura, harga minyak mentah untuk pengiriman September turun 35 sen menjadi US$78,01 per barel. Pada transaksi langsung di bursa New York dini hari tadi, harga minyak sempat menguat US$1,37 menjadi US$78,36 per barel.
Sebagian besar indeks utama Asia ditutup melemah setelah indeks saham industri Dow Jones turun 0,3 persen pada perdagangan Kamis. Sejumlah kabar buruk juga datang dari Jepang. Pemerintah Negeri Matahari Terbit itu melaporkan tingkat pengangguran yang meningkat, merosotnya harga-harga konsumen, serta turunnya produksi manufaktur.
Investor juga merasa was-was menantikan angka pertumbuhan ekonomi AS untuk triwulan kedua tahun 2010 yang akan dirilis Jumat ini. Analis memperkirakan, Produk Domestik Bruto (PDB) akan mencapai 2,5 persen dalam triwulan April hingga Juni, turun dari 2,7 persen pada triwulan pertama.
Beberapa analis memprediksi bahwa ekonomi global akan melambat pada paruh kedua tahun ini. Kondisi ini akan membebani permintaan minyak mentah. "Pemulihan global mengarah ke gerak lambat sehingga akan membuat pasokan minyak untuk pasar sangat mencukupi, yang pada akhirnya makin menekan harga minyak," kata Saxo Capital dalam sebuah laporan.
Saxo memperkirakan harga minyak akan turun mencapai US$60 pada akhir tahun ini. Sementara itu, harga minyak Brent turun 64 sen menjadi US$76,95 per barel di bursa London. (Associated Press)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar