YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Harus ada gerakan bersama dari semua komponen masyarakat untuk terus menjaga Situs Trowulan di Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur agar lestari dan tidak rusak.
Pasti masih ada banyak benda arkeologis yang bisa dicari dari lokasi situs itu, untuk kemudian dikaji menjadi tambahan kekayaan literatur Indonesia.
Demikian disampaikan arkeolog yang juga Ketua Jurusan Arkeologi Universitas Gadjah Mada Inajati Adrisijanti, dalam Presentasi Trowulan: Pusaka Sejarah Bangsa, di Karta Pustaka, Bintaran, Yogyakarta Rabu (12/8).
Situs Trowulan perlu dijaga karena menjadi saksi kebesaran peradaban Majapahit, kerajaan terbesar di Nusantara (1293-1522 Masehi), yang tersisa. Situs Trowulan terletak 60 km barat daya Surabaya. Seperti pernah diteliti arkeolog Nurhadi Rangkuti, situs tempat ibu kota Majapahit ini, terhampar pada areal seluas 11 x 9 km.
Inajati mengungkapkan, upaya perusakan terhadap situs ini masih bisa terjadi. Kasus terbaru, yang muncul awal tahun ini adalah pembangunan Pusat Informasi Majapahit (PIM) di lokasi situs. Kritik bermunculan karena PIM dibangun begitu saja, tanpa penelitian sebelumnya. Alhasil perusakan situs pun terjadi.
Ancaman lain ialah, masih banyak orang yang mengambil batu bata penyusun situs, dan menghancurkannya untuk dijadikan semen merah. Juga oleh mereka yang mengambil tanah di lokasi situs, untuk dijadikan batu bata. Batu bata penyusun bangunan situs, diketahui berkualitas prima. Batu-bata melekat satu sama lain dengan digosok. Teknisnya sederhana, yakni, permukaan dua batu bata saling dibasahi, lantas ditempelkan. Ini beda dengan batu bata sekarang yang jika diba sahi malah hancur.
"Penggalian tanah di Trowulan harus dicegah. Di dalam tanah, banyak benda-benda kuno bernilai arkeologis. Barang-barang itu punya potensi diperjual-belikan, sehingga mendorong terjadinya pasar gelap. Ini masih berlangsung karena ini berhubungan pula dengan tuntutan ekonomi masyarakat," ujar Inajati.
Ia juga menyebut pembangunan rumah di lokasi situs juga bakal menjadi ancaman bila tak cepat dicari solusinya.
Trowulan adalah situs yang komplet . Pada lokasi yang dulunya ibu kota Majapahit saat mencapai puncak kejayaan ini, ditemukan aneka situs, mulai dari situs bangunan suci, makam, kanal, waduk, dan tempat tinggal. Gerakan bersama menjaga situs ini harus cepat dilakukan, dan tentunya melibatkan partisipasi masyarakat.
"Banyak kajian ilmiah bisa dikembangkan dari situs-Trowulan. Membicarakan Majapahit sebagai embiro negara ini, tak hanya melulu menyoal kronologis sejarah, dan sejarah politik. Namun, perlu juga mencari tahu sebisa mungkin kehidupan sosial budaya masyarakat waktu itu. Ini akan menjadi literatur yang sangat berharga, baik bagi kami, maupun bangsa," ucapnya.
Banyak cerita latar belakang yang menarik, dan masih perlu didalami dari Trowulan. Misalnya tentang latar belakang Candi Tikus dan patung kepala mahapatih Majapahit, Gadjah Mada, yang kesohor.
"Tentang Candi Tikus, nama tikus ternyata ada kisahnya. Saat itu di sawah disekitar candi terserang hama tikus. Setelah ditelusuri, tikusnya masuk ke bukit. Oleh Bupati Mojokerto waktu itu, bukit digali dan ketemulah candi ini," kata Inajati.
"Sedangkan tentang patung kepala Gadjah Mada, yang sudah telanjur diyakini sebagai wajah Gadjah Mada, ternyata hanya bagian dari celengan. patung kepala itu ditemukan di dekat sebuah gapura. Masih banyak penelitian bisa dikembangkan," paparnya.
http://sains.kompas.com/read/xml/2009/08/12/21585710/perlu.gerakan.bersama.menjaga.situs.trowulan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar