INILAH.COM, Jakarta – Indonesia diperkirakan akan menjadi negara net importir minyak terbesar di Asia Tenggara dalam beberapa tahun mendatang.
Hal ini disampaikan pengamat perminyakan, Kurtubi menanggapi merosotnya produksi minyak Indonesia setiap tahunnya, saat berbincang dengan INILAH.COM, di Jakarta Sabtu (25/6). “Tahun 1999 Indonesia masih bisa produksi minyak 1,5 juta barel per hari (bph), tapi saat ini 970 ribu saja tidak bisa. Jadi, bukan tidak mungkin dalam beberapa tahun kedepan lagi Indonesia akan menjadi negara net importir minyak terbesar di Asia Tenggara,” tukas Kurtubi.
Menurunnya produksi minyak Indonesia bukan saja karena faktor cadangan minyak yang mulai menipis, akan tetapi minimnya ekplorasi lapangan-lapangan baru dan undang-undang migas yang menghambat iklim investasi. Selama kurun 12 tahun kenelakangan Indonesia saja hanya bisa menemukan satu sumur minyak baru yaitu Blok Cepu. Namun, begitu meski memiliki potensi minyak yang besar pemerintah sejauh ini belum bisa memaksimalkan potensi minyak tersebut. Akibatnya dari potensi minyak 20.000 bph saat ini hanya bisa berporduksi 160 bph. “906 ribu bph itu sangat kecil, gangguan teknis dan penurunan sumur secara alamiah itu biasa. Jadi ini bukan kali pertama produksi minyak kita menurun, tapi kegagalan ini sudah terjadi berulang-ulang dan setia saat,” kata dia.
Oleh sebab itu, dia menyarankan pemerintah semestinya membubarkan saja lembaga BP Migas. Sebab, lembaga tersebutlah yang membuat sistim perminyakan di Indonesia menjadi ribet. "Masak sebelum minyak keluar, investor harus sudah membayar pajak dulu. Mana ada investor yang mau begitu,” tegas dia.
Pencapaian produksi minyak Indonesia tahun 2000 hanya mencapai 1,272 juta bph, tahun 2001 menjadi 1,208 juta bph, dan tahun 2002 menjadi 1,117 juta bph, tahun 2003 menjadi 1,013 juta bph dan tahun 2004 tinggal menjadi 968,4 juta bph, 2011 produksi baru 906 ribu bph sedangkan target 970 bph. [cms]
http://ekonomi.inilah.com/read/detail/1640712/ri-menuju-net-importir-minyak-terbesar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar