Kamis, Juni 02, 2011

Impor RI di April Cetak Rekor Tertinggi Sepanjang Sejarah

Rabu, 01/06/2011 12:31 WIB
Impor RI di April Cetak Rekor Tertinggi Sepanjang Sejarah
Ramdhania El Hida - detikFinance

Foto: dok.detikFinance
Jakarta - Tiap bulan nilai impor Indonesia terus mengalami peningkatan. Di April 2011, nilai impor Indonesia mencapai US$ 14,89 miliar atau mencetak rekor impor tertinggi sepanjang sejarah.

Demikain disampaikan oleh Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS), Djamal saat konferensi pers di kantor BPS, Jalan Dr. Sutomo, Jakarta, Rabu (1/6/2011).

"Nilai impor di April naik 32,54% dibandingkan April 2010 yang senilai US$ 11,24 miliar. Nilai tersebut merupakan yang tertinggi sepanjang ada data BPS," ujarnya.

Djamal mengatakan, impor migas April, tercatat naik 2,8% dibanding Maret 2011 yaitu US$ 3,89 miliar. Sedangkan impor non migas senilai US$ 11 miliar atau turun 5,25% dibandingkan Maret 2011.

Total impor Januari-April 2011 yaitu US$ 53,69 miliar atau naik 30,32% pada periode yang sama tahun lalu. Total impor non migas yaitu US$ 41,4 miliar.

Impor terbesar adalah mesin dan peralatan mekanik senilai US$ 7,19 miliar kemudian mesin dan peralatan listrik senilai US$ 5,55 miliar.

Djamal menyatakan negara pengimpor terbesar masih dipegang oleh China dengan nilai impor US$ 7,47 miliar dan pangsa pasar sebesar 18,03%. Kemudian disusul Jepang senilai US$ 5,75 miliar atau 13,89%, serta Thailand sebesar US$ 3,49 miliar atau sebesar 8,43%.

"Thailand sudah sejak bulan lalu menggeser Singapura sebagai negara pengimpor. Kita biasanya mengimpor beras, gula, buah-buahan, mobil build up dari Thailand," jelasnya.

Sementara komposisi barang impor, lanjut Djamal, masih didominasi bahan baku sebesar 74,86%. Kemudian disusul barang modal sebesar 17,16%, dan barang konsumsi sebesar 7,98%.

"Ada perubahan, bahan baku dan konsumsi mengalami kenaikan dibanding tahun lalu, tahun lalu bahan baku 72,57%, barang konsumsi 7,46%. Tapi barang modal turun dari 19,97% pada tahun lalu," ujarnya.

Untuk ekspor, lanjutnya, pada April 2011 mengalami kenaikan 37,28% mencapai US$ 16,52 miliar, dibanding ekspor April 2010. Dan bila dibandingkan dari Maret 2011, untuk migas naik 0,96% dan non migas turun 2,82%.

"Ekspor ini ranking dua selama ini, hanya kalah dengan Desember 2010 yang besarnya US$ 16,83 miliar. Untuk empat bulan, Januari sampai April, ekspor kita mencapai US$ 61,91 miliar. Naik 30,14% year on year," ujarnya.

Selama Januari-April 2011, ekspor non migas mencapai US$ 50,03 miliar dengan sumbangan terbesar dari bahan bakar mineral US$ 7,4 miliar, serta lemak dan minyak nabati US$ 5,66 miliar.

"Pangsa ekspor ke Jepang US$ 5,83 miliar, AS US$ 5,24 miliar, dan China US$ 5,20 miliar. Tiga ini pangsanya 32,15%. Sisanya ke negara-negara lain. Ekspor non migas ke ASEAN US$ 11,12 miliar dan Uni Eropa US$ 6,66 miliar. Ekspor non migas terbesar ke China US$ 1,5 miliar untuk April 2011," paparnya.

Dengan demikian, Djamal menyebutkan tetap terjadi surplus US$ 1,63 miliar pada bulan April ini sehingga total surplus sepanjang 2011 sebesar US$ 8,22 miliar. Namun, tren surplus tersebut kian menurun dari bulan ke bulan.

"Tapi surplus makin berkurang, Maret masih US$ 1,8 miliar. Tren surplusnya turun," jelasnya.

Djamal menyebutkan defisit perdagangan negara terbesar masih terhadap China yaitu sebesar US$ 602,8 juta, Thailand US$ 553,1 juta, Australia US$ 166,3 juta. Yang terbaru, lanjut Djamal, defisit terjadi dengan Korea Selatan sebesar US$ 13,4 juta.

"Korea Selatan biasanya surplus tapi April ini defisit, walaupun secara total masih positif," pungkasnya.

(nia/dnl)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar